KABUL (Arrahmah.id) – Pada Ahad (18/8/2024), Afghanistan merayakan ulang tahun ke-105 kemerdekaannya.
Seratus lima tahun yang lalu, Raja Amanullah Khan, salah satu raja konstitusional Afghanistan dan pejuang kemerdekaan, mengakhiri Perang Inggris-Afghanistan Ketiga dengan menandatangani Perjanjian Perdamaian Rawalpindi dan mendeklarasikan kemerdekaan resmi Afghanistan pada tanggal 18 Agustus 1919.
Zabihullah Mujahid, juru bicara Imarah Islam Afghanistan, mengatakan dalam kesempatan ini bahwa “perjuangan nenek moyang kita tidak hanya menyebabkan kekalahan penjajahan di Afghanistan, tetapi juga mengalahkan penjajahan di semua negara jajahan dan imperialis di kawasan ini dan dunia.”
Mujahid menambahkan dalam sebuah pernyataan bahwa semangat kemenangan dan keinginan untuk mengakhiri penjajahan masih ada di antara warga Afghanistan, seperti halnya nenek moyang mereka, lansir Tolo News (18/8).
Sejak saat itu, berbagai pemerintahan di Afghanistan telah memperingati hari kemerdekaan, dan tahun ini, Imarah Islam juga merayakannya di Kementerian Pertahanan.
Dalam upacara tersebut, Mawlawi Mohammad Yaqoob Mujahid, pelaksana tugas Menteri Pertahanan, mendesak negara-negara tetangga untuk tidak menciptakan tantangan bagi Afghanistan di perbatasan atau di sepanjang Garis Durand.
Dalam pandangannya, pembangunan jalan, pembentukan polisi perbatasan, dan pos-pos pemeriksaan di perbatasan bukanlah tantangan bagi negara-negara tetangga, melainkan untuk melindungi Afghanistan.
Menteri Pertahanan mengatakan: “Adalah tugas kami untuk melindungi Afghanistan dengan cara apa pun, untuk mempertahankan negara ini dengan harga berapa pun. Semua orang yang telah melarikan diri dari Afghanistan dan memiliki ideologi yang berbeda telah mengalihkan pandangan mereka ke entitas asing, dan mereka akan tetap kecewa selamanya, berharap untuk dilayani oleh asing. Saya katakan kepada mereka untuk kembali ke Afghanistan.”
Pejabat Imarah Islam ini, tanpa menyebut nama orang atau negara mana pun, mengatakan, “[Mereka] menggunakan semua kekuatan mereka untuk melawan kami demi Amerika,” tetapi, ia menambahkan, Imarah Islam tidak menyerang kepentingan Amerika di negara mana pun.
Khalifa Sirajuddin Haqqani, pelaksana tugas Menteri Dalam Negeri, yang juga hadir dalam upacara tersebut, mengatakan bahwa musuh masih terlibat dalam menghancurkan Afghanistan secara ideologis dan budaya.
Haqqani mengatakan bahwa musuh telah melatih para pemuda Afghanistan, yang telah menjauhkan diri dari budaya mereka, sedemikian rupa sehingga mereka bekerja untuk menghancurkan masyarakat mereka sendiri.
Mantan Ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional, Abdullah Abdullah, dan Hamid Karzai juga secara terbuka menandai peringatan kemerdekaan.
Abdullah menulis bahwa ia berharap perayaan hari ini akan membuka jalan bagi persatuan, solidaritas, persaudaraan, dan tegaknya keadilan sosial di antara rakyat Afghanistan.
Menurut Abdullah, kebebasan dan kemerdekaan adalah “hasil dari pengorbanan nenek moyang kita” dari seluruh penjuru negeri.
Mantan Presiden Hamid Karzai menyerukan kepada pemerintah sementara Afghanistan untuk membuka kembali pintu pendidikan bagi anak perempuan.
Karzai juga mengajak seluruh masyarakat untuk bekerja sama memerangi kemiskinan, menimba ilmu pengetahuan, dan berjuang untuk kemajuan.
Dalam pandangan Karzai, masa depan Afghanistan yang cerah tidak diragukan lagi tergantung pada pendidikan generasi muda, dan semua pihak harus melakukan upaya komprehensif di bidang pendidikan dan pelatihan.
Pada upacara yang diadakan hari ini oleh Kementerian Pertahanan, Mullah Abdul Ghani Baradar, Wakil Perdana Menteri untuk Urusan Ekonomi, Abdul Salam Hanafi, Wakil Perdana Menteri untuk Urusan Administrasi, dan Amir Khan Muttaqi, pelaksana tugas Menteri Luar Negeri, juga hadir. (haninmazaya/arrahmah.id)