KABUL (Arrahmah.id) – Mawlawi Abdul Kabir, Menteri Pengungsi dan Repatriasi, mengatakan bahwa sistem yang ada saat ini bukan hanya milik para ulama dan cendekiawan agama, tetapi merupakan sistem bersama bagi seluruh umat Islam di Afghanistan.
Berbicara pada sebuah upacara kelulusan di sebuah sekolah agama di Kabul, ia menekankan bahwa tidak ada yang akan diizinkan untuk melemahkan atau merusak sistem ini.
Mengenai hal ini, Mawlawi Abdul Kabir menyatakan: “Dalam sistem ini, tidak akan terjadi bahwa seorang ulama mengklaim kepemilikan sistem, sementara para profesor dan mahasiswa merasa terasing. Para pemimpin suku, tetua, dan para khan tidak akan merasa terpinggirkan, dan seorang Pashtun juga tidak akan berasumsi bahwa pemerintahan ini hanya untuk orang Pashtun. Tidak, dalam sistem ini, Pashtun memiliki tempat mereka, Tajik memiliki tempat mereka, dan Uzbek dan Turkmenistan juga memiliki posisi yang sah.”
Pejabat Imarah Islam tersebut juga menyatakan bahwa universitas dan sekolah-sekolah agama memiliki tujuan yang sama dan menekankan perluasan lembaga-lembaga ini di seluruh negeri, lansir Tolo News (21/2/2025).
Abdul Kabir mengatakan: “Jalur ini terbuka bagi mereka yang ingin melanjutkan studi master dan doktoral. Jika seorang mahasiswa memiliki kemampuan dan ingin mengambil kursus pengantar dan lanjutan di bawah bimbingan para ulama kami yang terhormat, tidak ada yang akan mencegah mereka untuk masuk ke sekolah-sekolah agama atau mengatakan kepada mereka, ‘Karena Anda adalah seorang mahasiswa, mengapa Anda datang ke madrasah?
Fazl-ur-Rahman Oria, seorang analis politik, menyatakan: “Afghanistan harus memanfaatkan semua sumber daya manusia dan sumber daya profesionalnya sesuai kebutuhan.”
Pernyataan ini muncul sehari setelah kepala staf Kementerian Pertahanan menyatakan bahwa Afghanistan tidak akan ada tanpa “Taliban.” (haninmazaya/arrahmah.id)