PARIS (Arrahmah.com) – Rezim sekuler Mauritania memutuskan untuk mengirim 1800 tentaranya guna mendukung invasi militer penjajah salibis Perancis di Mali Utara.
Mentri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius, menyatakan pada Kamis (18/4/2013) bahwa Mauritania akan mengirim 1800 tentara ke Mali sebagai bagian dari Pasukan “Penjaga Perdamaian” PBB di negara Afrika Barat tersebut setelah pasukan salibis Perancis memerangi mujahidin Islam di Mali Utara, laporan Reuters.
Fabius menambahkan bahwa Dewan Keamanan PBB telah menyetujui pembentukan resolusi Pasukan “Penjaga Perdamaian” PBB berkekuatan 12.600 tentara yang akan ditempatkan di Mali Utara pada 1 Juli mendatang. Resolusi tersebut akan ditanda tangani pekan depan.
“Presiden Mauritania pada Senin malam menyatakan kepadaku bahwa dia telah siap untuk mengirimkan 1800 tentara untuk Kontingen PBB yang akan datang ini,” kata Fabius di depan Komisi Hubungan Luar Negeri Parlemen Eropa di Strasbourg.
“Ini penting karena tentara Mauritania adalah para petempur yang bagus, memiliki banyak pengalaman dan lokasi geografisnya sangat signifikan.”
Diprediksikan Pasukan “Penjaga Perdamaian” PBB tersebut akan beranggotakan inti pasukan dari negara-negara Afrika Barat. Mereka akan melanjutkan misi pasukan penjajah salibis Perancis yang mulai mengurangi jumlah tentaranya di Mali, dari 6000 tentara pada Januari 2013 lalu menjadi “hanya” 1000 tentara pada Desember 2013 mendatang.
Pasukan salibis Perancis berkekuatan 6000 tentara dibantu oleh sekitar 2000 tentara Chad melakukan invasi militer ke Mali Utara pada pertengaha Januari 2013 lalu. Invasi militer itu bertujuan menumbangkan pemerintahan mujahidin Anshar ad-Din yang menerapkan syariat Islam di dua pertiga wilayah Mali.
Sampai saat ini mujahidin Anshar ad-Din, Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam (AQIM) dan Jama’ah Tauhid wal Jihad masih memberikan perlawanan lewat perang gerilya di gurun Sahara yang luas dan pegunungan Efogas. Pasukan Perancis, Chad dan Mali telah kewalahan menghadapi perlawanan mujahidin Islam sehingga berteriak-teriak dan meminta pasukan bantuan kepada PBB. (muhibalmajdi/arrahmah.com)