JAKARTA (Arrahmah.com) – Aksi solidaritas mengecam kekerasan dan pembunuhan kaum muslim Rohingya kembali terjadi di depan kantor Dubes Myanmar, Jalan Agus Salim, Jakarta Pusat, Kamis kemarin (9/9) mulai pukul 11:00. Ratusan pengunjuk rasa yang tergabung dalam kelompok Masyarakat Peduli Rohingya (MPR) menuntut pemerintah Myanmar menghentikan aksi kekerasan terhadap umat muslim Rohingya.
Seperti dilansir kompas.com,Para demonstran juga mendesak Organisasi Konferensi Islam (OKI) sebagai wadah yang menaungi aspirasi negara-negara muslim untuk memberikan perhatian serius, melakukan langkah-langkah diplomatik untuk menemukan solusi atas tragedi kemanusiaan yang menimpa umat muslim Rohingya.
Dalam orasinya, para demonstran mengecam keras pembunuhan kaum minoritas muslim di Rohingya, Myanmar dan mendesak pemerintah Myanmar untuk mengakui warga muslin Rohingya sebagai salah satu etnik dari negara tersebut. Para demonstran juga kecewa dengan sikap pemerintah Myanmar yang belum mengambil sikap yang tegas, padahal sejak Juni 2012 lalu, korban dari pihak muslim mencapai 20 ribu orang.
Para demonstran juga menbawa spanduk dan mengenakan pita kepala yang bertulis “STOP VIOLENCE, SAVE Muslim Rohingya.”
Sementara itu, sejak pukul 11:00 WIB, lalu lintas di jalan Agus Salim terlihat tersendat dari arah Imam Bonjol menuju Sabang. Beberapa anggota Kepolisian dari satuan Polsek Menteng dan Polres Jakarta Pusat mengawal unjuk rasa tersebut. Unjuk rasa berlangsung tertib.
“Lontar Jumroh”
Dalam Aksi demonstrasi tersebut, ratusan demonstran melakukan Seremonial “lontar jumroh” . Seremonial itu dilakukan sebagai representasi dari ritual perlawanan umat muslim terhadap setan atau iblis.
Berbeda dengan ritual lontar jumroh di Mekkah yang menggunakan batu, para demonstran yang tergabung dalam Kelompok Masyarakat Peduli Rohingya melakukannya dengan melempar segenggam kertas putih ke halaman Kedutaan Myanmar. Ritual lontar jumroh tersebut dilakukan secara bersamaan.
“Sebagai tanda perlawanan kepada iblis dan setan mari kita bersama-sama melakukan ritual lontar jumroh sebelum meninggalkan tempat ini,” ujar orator dengan menggunakan pengeras suara.
Meskipun sempat terjadi kontak fisik antara aparat kepolisian dengan para demonstran, beruntung aksi unjuk rasa berakhir tertib. Pantauan di lokasi, sekitar pukul 12.45 Wib, pihak demonstran melakukan negosiasi dengan aparat kepolisian untuk menyegel kantor Kedutaan Myanmar.
Dua orang perwakilan demonstran dipersilahkan menyegel kantor kedutaan. Mereka menyegel kantor dengan membentangkan pita kuning serta memasang kaos putih berlumuran darah lengkap dengan spanduk yang bertuliskan ‘Stop Violence, Save Muslim Rohingya’.
Setelah aksi penyegelan tersebut, ratusan demonstran secara perlahan meninggalkan lokasi kedutaan sekitar pukul 13.00 wib. Namun, para demonstran mengaku tidak akan berhenti melakukan aksi sebelum pemerintah Myanmar benar-benar menghentikan kekerasan tersebut.
“Kami tidak akan berhenti sampai disini, di lain waktu kami akan kembali dengan membawa pasukan yang lebih banyak,” kata orator dalam unjuk rasa tersebut. (bilal/arrahmah.com)