HATAY (Arrahmah.id) – Tim penyelamat menarik lebih banyak korban selamat dari reruntuhan sepekan setelah gempa bumi melanda Turki dan Suriah yang menewaskan lebih dari 33.000 orang, dan PBB memperingatkan bahwa jumlah korban akan meningkat jauh lebih tinggi.
Seorang anak laki-laki dan seorang wanita berusia 62 tahun menjadi keajaiban penyelamatan terbaru setelah hampir tujuh hari terjebak di bawah reruntuhan bangunan sejak gempa bumi dahsyat melanda pada Senin (6/2/2023).
Mustafa yang berusia tujuh tahun diselamatkan di provinsi Hatay, Turki tenggara, sementara Nafize Yilmaz berhasil dikeluarkan dari Nurdagi, juga di Hatay, demikian laporan kantor berita negara Anadolu, Senin pagi (13/2). Keduanya telah terperangkap selama 163 jam sebelum diselamatkan pada Ahad malam.
Badan bencana Turki mengatakan bahwa lebih dari 32.000 orang dari berbagai organisasi di Turki melakukan upaya pencarian dan penyelamatan, bersama dengan 8.294 tim penyelamat internasional.
Seorang anggota tim pencari dari Inggris mengunggah sebuah video yang luar biasa di Twitter pada Ahad malam yang menunjukkan seorang penyelamat merangkak menyusuri terowongan yang dibuat melintasi reruntuhan untuk menemukan seorang pria Turki yang telah terjebak selama lima hari di Hatay.
Tim pencari berpacu dengan waktu karena para ahli memperingatkan bahwa harapan untuk menemukan korban yang masih hidup di dalam reruntuhan semakin meredup setiap harinya.
Di kota Kahramanmaras, Turki, yang hancur akibat gempa, di dekat pusat gempa, ekskavator menggali tumpukan reruntuhan ketika tim penyelamat menemukan sebuah mayat dari reruntuhan.
Namun di banyak daerah, tim penyelamat mengatakan bahwa mereka tidak memiliki sensor dan peralatan pencarian yang canggih, sehingga mereka harus menggali reruntuhan dengan hati-hati dengan sekop atau hanya dengan tangan.
“Jika kami memiliki peralatan seperti ini, kami akan menyelamatkan ratusan nyawa, bahkan lebih,” kata Alaa Moubarak, kepala pertahanan sipil di Jableh, barat laut Suriah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam kegagalan pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan ke daerah-daerah yang dilanda perang di Suriah.
Sebuah konvoi yang membawa pasokan untuk wilayah barat laut Suriah tiba melalui Turki, namun kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan bahwa masih banyak lagi yang dibutuhkan untuk jutaan orang yang rumahnya hancur.
“Sejauh ini kita telah mengecewakan masyarakat di barat laut Suriah. Mereka merasa ditinggalkan. Mencari bantuan internasional yang tidak kunjung tiba,” kata Griffiths di Twitter.
Menilai kerusakan di Turki selatan pada Sabtu, ketika jumlah korban mencapai 28.000 orang, Griffiths mengatakan bahwa ia memperkirakan angka tersebut akan “berlipat ganda atau lebih” karena peluang untuk menemukan korban yang selamat semakin kecil setiap harinya.
Pasokan bantuan lambat tiba di Suriah, di mana konflik selama bertahun-tahun telah menghancurkan sistem perawatan kesehatan, dan beberapa bagian negara itu masih berada di bawah kendali oposisi yang memerangi rezim Bashar Asad yang berada di bawah sanksi Barat.
Namun konvoi 10 truk PBB menyeberang ke barat laut Suriah melalui penyeberangan perbatasan Bab al-Hawa, menurut koresponden AFP, membawa peralatan penampungan, terpal plastik, tali, selimut, kasur, dan karpet.
Bab al-Hawa adalah satu-satunya titik bagi bantuan internasional untuk menjangkau orang-orang di wilayah yang dikuasai oposisi di Suriah setelah hampir 12 tahun perang, setelah penyeberangan lainnya ditutup di bawah tekanan dari Cina dan Rusia.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bertemu dengan Asad di Damaskus pada Ahad dan mengatakan bahwa pemimpin Suriah tersebut telah menyuarakan kesiapannya untuk membuka lebih banyak lagi penyeberangan perbatasan untuk membantu membawa bantuan ke wilayah barat laut yang dikuasai oposisi. (haninmazaya/arrahmah.id)