TOLIKARA (Arrahmah.com) – Tak banyak yang tahu kerugian Muslimin di Papua akibat insiden Tolikara. Seperti Mastikatun, yang sejak 1996 tinggal di Tolikara. Ia datang ke Tolikara mengikuti jejak suaminya, Sarno, yang lebih dulu di Tolikara, sejak tahun 1990.
Saat kerusuhan hari Jum’at (17/7/2015), rumah dan tokonya di Jalan Irian Terminal, Tolikara jadi sasaran pembakaran kelompok perusuh. Demikian Tim Hidayatullah melaporkan langsung dari Tolikara, Senin (21/7).
Menurutnya, rumahnya adalah korban pertama kali dibakar perusuh.
Sarno, suami Mastikatun adalah salah seorang staff TU SMP Negeri Karubaga, Tolikara.
Untuk membantu kebutuhan suami, Mastikatun sendiri berjualan barang kelontong, bahan bangunan, pakaian, perabot dapur dan alat-alat motor.
Bersyukur, Mastikatun tidak ikut shalat Ied saat rusuh, karena saat itu ia berhalangan.
Sebelum api menghanguskan rumahnya, ia sempat mengamankan berkas-berkas penting dan sejumlah uang cash sekitar 20 juta.
Namun semua aset-aset penting mencapai 4 milyar tak bisa diselamatkan.
“Semua barang dan rumah saya habis, kerugian saya bisa mencapai 4,5 milyar,” ungkap Mastikatun.
(adibahasan/arrahmah.com)