UDAIPUR (Arrahmah.id) — Ribuan massa Hindu radikal melakukan protes di kota Udaipur menyusul pembunuhan seorang penjahit Hindu yang menghina Rasulullah. Mereka menyerukan hukuman mati bagi dua pria Muslim yang membunuh penjahit Hindu.
Orang-orang yang mengendarai sepeda motor dan mobil mengibarkan bendera safron, warna agama Hindu, dan meneriakkan slogan-slogan. Mereka menuntut hukuman mati bagi terdakwa.
“Gantung mereka, gantung mereka. Suamiku sudah pergi,” kata istri Lal.
“Jika hukum tidak mau melakukan apa-apa, berikan kepada kami sehingga kami dapat membunuh mereka,” tegas kerabatnya yang lain.
Badan Investigasi Nasional (NIA) pusat mengatakan bahwa video viral tersebut memang memicu kepanikan dan teror di antara massa di seluruh negeri. Untuk mencegah potensi kekerasan sektarian, pihak berwenang mengerahkan 600 polisi tambahan dan menempatkan kota berpenduduk sekitar 450.000 orang itu di bawah jam malam.
Dilansir Al Jazeera (30/6/2022), Pejabat senior polisi Rajasthan, Dinesh MN, mengatakan kepada wartawan bahwa sekitar 7.000 orang bergabung dalam pawai.
Pemerintah juga memutus akses internet seluler di sana dan di bagian lain negara bagian Rajasthan.
Ketua Menteri Rajasthan Ashok Gehlot mengimbau orang-orang untuk tidak membagikan video itu karena akan “melayani motif penyerang untuk menciptakan perselisihan di masyarakat”.
“Keterlibatan organisasi dan hubungan internasional mana pun akan diselidiki secara menyeluruh,” tambah Menteri Dalam Negeri India Amit Shah.
Di media sosial, anggota partai dan pendukung BJP yang berkuasa menggambarkan pembunuhan itu sebagai serangan terhadap semua umat Hindu. Mereka mencuti tagar seperti #IslamicTerrorismInIndia.
India telah menjadi negara dengan potret kekerasan sektarian sporadis antara mayoritas Hindu dan Muslim. Islam sendiri berkomposisi sebanyak 14% dari 1,4 miliar penduduk.
Kerusuhan agama pernah terjadi beberapa kali. Di ibu kota New Delhi 53 orang tewas pada 2020, sementara di kota terdekat, Muzaffarnagar 62 lainnya tewas pada 2013.
Pada tahun 2002 sedikitnya 1.000 orang tewas dalam kekerasan di Gujarat, yang saat itu dipimpin oleh Modi. Sebagian besar korban adalah Muslim.
Partai Modi telah dituduh meminggirkan komunitas Muslim. Ia dikatakan telah menabur perpecahan dengan umat Hindu sejak berkuasa pada tahun 2014. (hanoum/arrahmah.id)