TEHERAN (Arrahmah.id) — Tokoh moderat Masoud Pazeshkian memenangkan pemilihan presiden Iran. Ia berjanji akan membuka Iran kepada dunia dan memberikan kebebasan yang dirindukan rakyatnya.
“Dengan memperoleh mayoritas suara pada hari Jumat, Pezeshkian telah menjadi presiden Iran berikutnya,” kata Kementerian Dalam Negeri Iran, dikutip dari Reuters (6/7/2024).
Angka partisipasi pemilihan mencapai 50% dalam persaingan antara kandidat presiden. Namun Pazehskian dikenal satu-satunya yang moderat dari empat kandidat presiden yang ada.
Pemilu pada Jumat kemarin adalah putaran kedua. Lebih dari 60% pemilih Iran abstain dari pemilu untuk mengganti Ebrahim Raisi yang meninggal karena kecelakaan helikopter.
Meski pemilu ini diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kebijakan Iran, presiden akan terlibat erat dalam pemilihan penerus Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Syiah Iran yang berusia 85 tahun.
Adapun jumlah partisipasi pemilih menurun dalam empat tahun terakhir. Para pengamat menilai dukungan terhadap pemerintahan ulama telah terkikis karena ketidakpuasan masyarakat atas kesulitan ekonomi dan pembatasan kebebasan politik dan sosial.
Hanya 48% pemilih yang berpartisipasi dalam pemilu 2021 yang membawa Raisi berkuasan, sedangkan hanya ada 41% pemilih dalam pemilu parlemen bulan Maret lalu.
Pemilu itu juga bertepatan dengan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah akibat perang antara Israel dan Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon. Juga meningkatnya tekanan barat terhadap Iran atas program pengayaan uranium yang berkembang pesat.
Diprediksi presiden berikutnya juga tidak akan menghasilkan perubahan besar dalam kebijakan program nuklir atau perubahan dukungan terhadap kelompok milisi di Timur Tengah. Ia hanya menjalankan fungsi pemerintahan sehari-hari dan dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri dan dalam negeri Iran. (hanoum/arrahmah.id)