Meski letaknya cukup strategis dan memiliki tempat salat yang cukup besar, Masjid Agung Roma hanya ramai pada hari Jumat atau hari-hari besar agama Islam. Selebihnya, tiap waktu salat tiba, masjid itu sepi jamaah. Paling cuma tiga atau empat orang yang salat, itupun para pengurus masjid.
Masjid Agung Roma yang diresmikan tahun 1995 juga berperan sebagai Islamic Center. Dibangun di atas lahan seluas 30.000 meter persegi dan aula untuk salat seluas 100 meter persegi, Masjid Agung Roma merupakan masjid terbesar di Italia yang biaya pembangunannya di danai oleh 23 negara Arab dan Muslim.
Masjid ini mampu menampung 5.000 lebih jamaah dan didirikan untuk memenuhi kebutuhan warga Muslim Italia yang jumlahnya makin bertambah. Tapi ternyata masjid itu tidak setiap hari dipenuhi jamaah saat waktu salat tiba.
Penjaga masjid Ahmed Adam Ya’qoub mengakui kalau Masjid Agung Roma relatif sepi pengunjung. Padahal di Italia terdapat 1,2 juta umat Islam, termasuk para mualaf yang jumlahnya mencapai 20.000 orang. Menurut Ya’quoub, sepinya jamaah masjid disebabkan karena masalah administrasi masjid sendiri.
“Orang biasanya datang ke sebuah masjid karena imam masjidnya terkenal atau beragam aktivitas yang digelar masjid bersangkutan. Di masjid kami, kasusnya tidak seperti itu,” ujar Ya’qoub.
Pengelolaan Masjid Agung Roma dilakukan oleh otoritas di negara-negara Muslim dan Arab yang memberikan dana pembangunan masjid itu. Misalnya, pemilihan kepala Islamic Center diserahkan ke Liga Muslim yang berbasis di Makkah misalnya, pemilihan manajer masjid diserahkan pada otoritas di negara-negara Afrika Baratlaut dan pemilihan imam masjid dilakukan oleh otoritas Mesir.
Para pemuka Muslim di Italia membenarkan buruknya sistem administrasi Masjid Agung Roma sehingga tidak banyak jemaah yang tertarik datang ke masjid itu.
“Afialiasi masjid dengan banyak otoritas di negara-negara Arab menjadi penyebab situasi yang sekarang ini terjadi. Mereka hanya mementingkan masalah dekorasi masjid, hanya sebagai tempat untuk menggelar perayaan-perayaan umat Islam dan tempat salat di hari Jumat,” kata Hamza Picardo, mantan sekjen Union Islamic Communities and Organizations di Italia.
Ia menambahkan, minimnya kegiatan di Masjid Agung Roma menyebabkan jamaah jadi jarang berkunjung ke masjid itu dan beralih ke masjid lain yang kadang lokasinya lebih jauh dan masjidnya tidak terlalu besar, misalnya Masjid al-Huda yang juga ada di Roma.
Menurut Imam Masjid al-Huda, Samir El-Khaledi, masjidnya ramai karena setiap hari dan setiap minggu selalu ada kegiatan yang melibat anak-anak, remaja dan para mualaf. “Masjid kami, meski lokasinya 20 kilometer di selatan Roma, setiap harinya dikunjungi 300 jamaah dan 800 jamaah pada saat salat Jumat,” ujar El-Khaledi.
Ia menyayangkan sepinya jamaah yang datang ke Masjid Agung Roma hanya karena persoalan administrasi yang tidak maksimal. “Sepinya Masjid Agung Roma merupakan kerugian besar bagi seluruh Muslim Italia,” sambung El-Khaledi. (Hanin Mazaya/iol/eramuslim)