HALIFAX (Arrahmah.com) – Sekelompok kaum homoseksual Kanada telah mengumumkan rencana mereka untuk membuka masjid “kesatuan” di kota Halifax di Kanada timur provinsi Nova Scotia, di mana gay, transgender dan para imam perempuan akan beribadah secara terbuka.
“Anda bisa jadi seorang homo, tapi Anda tidak dapat menegaskan identitas Anda ketika Anda berada di ruang keagamaan seperti masjid,” Syed Adnan Hussein, anggota dari kelompok Muslim yang ingin membuka masjid, mengatakan kepada CBC, sebagaimana yang dirilis oleh onislam, Kamis (12/12/2013).
Menurut Hussein, “masjid persatuan” baru ini bertujuan untuk kaum gay dan transgender Muslim yang merupakan kesempatan untuk menjadi ‘diri sendiri’.
Meskipun tidak ada angka yang akurat dari jumlah kaum gay atau transgender Muslim di Kanada Nova Scotia, Hussien menegaskan pentingnya membangun tempat ibadah untuk mereka.
Cendekiawan Muslim di Halifax Kanada mengecam gagasan masjid gay sebagai perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
“Apa yang dikatakan Al Qur’an dengan jelas, seperti halnya Alkitab, bahwa homoseksualitas tidak diterima,” kata Jamal Badawi, seorang profesor emeritus di Universitas Saint Mary di Halifax.
Semua masjid, semua orang diterima di masjid tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, apa pun, “kata Imam Ibrahim Alshanti, Muslim Serikat Halifax.
“Untuk membuka sebuah masjid baru khusus untuk orang-orang ini, mungkin itu tidak perlu.” kata Imam Ibrahim Alshanti, dari Persatuan Muslim Halifax.
November lalu, seorang homoseksual Perancis membuka sebuah masjid di Paris untuk jamaah gay dan wanita yang tidak mengenakan jilbab.
Langkah ini memicu kecaman dari Muslim Perancis, para sarjana Muslim mengecam pembangunan masjid untuk kaum gay sebagai bentuk mempromosikan tindakan amoral dan perbuatan salah.
“Ini merupakan penyalahgunaan dari definisi masjid,” Dalil Boubakeur, rektor Masjid Grande di Paris, mengatakan kepada FRANCE 24.
Pendiri masjid kaum gay, Ludovic Mohammed Zahed, berpendapat bahwa bangunan tersebut bertujuan untuk memecah masalah yang dianggap tabu dalam Islam, seperti homoseksualitas.
Dia juga bersikeras mengatakan bahwa masjid ramah-gay-nya, yang terletak di sebuah kuil Hindu, adalah hasil dari sebuah interpretasi modern dari ajaran Islam.
Tapi argumen tersebut ditolak oleh Boubakeur, dan menegaskan bahwa pembangunan masjid khusus untuk kaum gay adalah bertentangan dengan semangat Islam.
“Masjid-masjid yang sudah ada menerima semua orang, sehingga membuat masjid khusus untuk kaum homoseksual adalah bertentangan dengan semangat Islam,” katanya.
“Para jamaah pergi ke masjid untuk beribadah kepada Allah, mereka tidak pergi untuk menunjukkan seksualitas mereka.”
Para pemimpin Muslim Perancis menekankan bahwa homoseksualitas dilarang dalam Islam.
“Homoseksualitas dikutuk dalam 13 ayat Al-Qur’an,” kata Abu Bakr kepada FRANCE 24.
“Satu-satunya hubungan seksual yang sah adalah antara pria dan wanita yang sudah menikah.”
Abu Bakr mengatakan masjid gay akan berdiri “di luar komunitas Muslim”.
“Kami tidak “menunjuk jari” pada homoseksual, tapi kami tidak bisa memberikan mereka “pujian” sampai pada titik bahwa mereka menjadi diakui dalam komunitas Muslim,” katanya kepada Reuters.
Abdallah Zekri, Presiden Observatorium Nasional Islamofobia, juga mengecam langkah itu.
“Kita tahu bahwa Muslim homoseksual ada, tetapi membuka sebuah masjid (bagi mereka) adalah penyimpangan,” katanya kepada FRANCE 24.
Hubungan sesame jenis dan pernikahan sesama jenis merupakan perbuatan yang benar-benar dilarang dalam Islam, Kristen dan semua agama samawi. (ameera/arrahmah.com)