VERNON (Arrahmah.com) – Sebuah masjid di distrik Vernon di Prancis utara menerima surat berisi ancaman pada Selasa (27/10/2020), tulis akun situs Islam & Info di Twitter.
Surat yang ditinggalkan di kotak surat masjid berisi ancaman pembunuhan dan pesan penghinaan terhadap orang Turki, Arab, dan jamaah yang rajin datang ke masjid.
“Perang telah dimulai. Kami akan mengantarmu ke luar negeri. Anda akan memberikan pertanggungjawaban atas kematian Samuel,” bunyi tulisan dalam surat tersebut, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.
Samuel yang dimaksud dalam surat itu mengacu pada Samuel Paty, seorang guru di Bois-d’Aulne College di Conflans-Sainte-Honorine yang dibunuh pada 16 Oktober oleh Abdullakh Anzorov, seorang anak berusia 18 tahun asal Chechnya, sebagai pembalasan karena memperlihatkan kartun kontroversial yang menggambarkan Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam salah satu kelasnya yang membahas tentang kebebasan berekspresi.
Surat itu juga berisi komentar buruk yang ditujukan kepada wanita Muslim yang mengenakan jilbab.
Masjid Agung Pantin di dekat kota Paris baru-baru ini ditutup selama enam bulan setelah membagikan video di halaman Facebook-nya yang mengkritik Paty sebelum dia dibunuh.
Awal bulan ini, Presiden Emmanuel Macron menyebut Muslim Prancis sebagai “separatisme” dan menggambarkan Islam sebagai “agama yang mengalami krisis di seluruh dunia.”
Ketegangan semakin meningkat setelah pembunuhan Paty. Macron memberikan penghargaan kepadanya dan mengatakan Prancis “tidak akan membuang kartun kami.”
Kartun berisi penghinaan kepada Nabi Muhammad yang diterbitkan oleh Charlie Hebdo, majalah mingguan satir Prancis, juga diproyeksikan pada gedung-gedung di beberapa kota.
Beberapa negara Timur Tengah serta Turki, Iran dan Pakistan telah mengecam sikap Macron terhadap Muslim dan Islam. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga mengatakan bahwa pemimpin Prancis itu membutuhkan “perawatan mental”.
Sementara seruan untuk memboikot produk Prancis beredar secara online di banyak negara, bahkan Erdogan telah mendesak orang Turki “untuk tidak pernah membantu merek Prancis atau membelinya”. (rafa/arrahmah.com)