NINGXIA (Arrahmah.com) – Ribuan Muslim telah berkumpul di sebuah masjid di barat laut Cina untuk memprotes rencana pembongkarannya.
Sekelompok besar orang Hui, minoritas etnis Muslim, mulai berkumpul di Masjid Agung yang menjulang tinggi di kota Weizhou, Ningxia pada Kamis (9/8/2018), sebagaimana dilansir Daily Mail.
Pembangunan masjid tersebut baru saja selesai tahun lalu dengan biaya satu juta yuan, yang seluruhnya dibayar oleh penduduk Hui setempat, menurut beberapa sumber.
Dalam sebuah pengumuman pemerintah yang beredar secara luas tertanggal 3 Agustus, para pejabat mengumumkan bahwa masjid tersebut akan ‘dibongkar paksa’ karena tidak diberikan izin perencanaan dan konstruksi.
Video yang beredar di media sosial pada Kamis (9/8) menunjukkan kerumunan besar massa berkumpul di luar masjid yang memiliki struktur putih megah dengan tiang yang menjulang tinggi, sembilan kubah dan menara dalam gaya Timur Tengah. Bendera nasional Cina terlihat berkibar di atas masjid. Protes tersebut berlangsung damai.
Protes itu datang ketika kelompok-kelompok agama di Cina yang dulunya sangat ditoleransi kini merasakan kebebasan mereka semakin dibatasi.
Kubah-kubah masjid dilucuti, gereja-gereja Kristen ditutup dan Alkitab disita, dan anak-anak Tibet telah dipindahkan dari kuil-kuil Buddha ke sekolah-sekolah. Semua lembaga agama sekarang diharuskan untuk mengibarkan bendera nasional.
Penduduk Weizhou khawatir dengan kabar yang beredar bahwa pemerintah berencana untuk menghancurkan masjid tersebut meskipun pada awalnya terlihat akan menyetujui pembangunannya.
Sekretaris Partai Komunis di kota itu bahkan membuat pidato ucapan selamat di lokasi ketika pembangunan masjid dimulai, kata Ma Zhiguo, seorang penduduk, berusia sekitar 70-an.
“Pihak berwenang berencana untuk melepas delapan dari sembilan kubah di atas masjid dengan alasan bahwa bangunan itu dibangun lebih besar dari yang diizinkan,” kata Ma.
Tetapi anggota masyarakat tetap berusaha mempertahankan masjid itu, lanjutnya.
“Bagaimana kami bisa membiarkan mereka merobohkan masjid yang masih dalam kondisi baik?” tandasnya.
Dia juga menambahkan bahwa masjid itu digunakan untuk sholat yang dihadiri oleh sekitar 30.000 Muslim dan dibangun menggunakan dana pribadi jamaah.
“Seluruh proyek konstruksi – mulai dari perencanaan hingga konstruksi – tidak menggunakan biaya pemerintah satu sen pun,’ ungkap salah seorang pendudukan, Anran, kepada Voice of America.
‘Pihak berwenang tidak pernah menyebutkan itu ilegal sebelum atau selama konstruksi. Pejabat lokal bahkan datang untuk berpartisipasi dalam upacara peletakan batu pertama. Sekarang setelah bangunan selesai, mereka tiba-tiba mengumumkan itu ilegal,” jelasnya.
“Orang-orang sangat sedih,” kata Ma Sengming, pria berusia 72 tahun yang ikut serta dalam protes pada Kamis pagi hingga Jumat sore.
“Banyak orang menangis. Kami tidak bisa mengerti mengapa ini terjadi,” tuturnya.
#Chinese govt tore down a magnificent mosque in an impoverished county in northwestern #Ningxia Hui Autonomous Region that was built with donations from #Hui Muslims, resulting in mass protest.#Islamophobiapic.twitter.com/4IcEDDcgFL
— 🇵🇸 𝗠𝘂𝘀𝗹𝗶𝗺 𝗖𝘆𝗯𝗲𝗿 𝗔𝗿𝗺𝘆 ☪ (@MCAOps) August 9, 2018
(ameera/arrahmah.com)