YUNAN (Arrahmah.id) — Masjid besar terakhir di Cina yang masih mempertahankan fitur bergaya Arab telah kehilangan kubahnya dan menaranya dimodifikasi secara radikal.
Hingga tahun lalu, seperti dilansir The Guardian (25/5/2024), masjid Agung Shadian, salah satu masjid terbesar dan termegah yang terletak di provinsi Yunan, masih menampilkan kubah ubin hijau di atasnya dengan dihiasi bulan sabit dan diapit oleh empat kubah kecil serta menara yang menjulang tinggi.
Namun, foto, citra satelit, dan kesaksian sejumlah warga tahun ini menunjukkan bahwa kubah tersebut telah diganti dengan atap pagoda bergaya Cina Han. Menara-menaranya pun telah diperpendek dan diubah menjadi menara pagoda.
Masjid terkenal lainnya di Yunnan, Najiaying, yang berjarak kurang dari 100 mil dari Shadian, juga baru-baru ini dihilangkan fitur-fitur Islaminya dalam renovasi terbaru.
Pada tahun 2018 pemerintah cina menerbitkan rencana lima tahun tentang “sinifikasi Islam”. Bagian dari rencana tersebut adalah menolak “gaya arsitektur asing” dan mempromosikan “arsitektur Islam… yang penuh dengan karakteristik budaya Cina”.
Sebuah memo Partai Komunis Cina yang bocor menunjukkan bahwa pemerintah daerah diinstruksikan untuk “mematuhi prinsip menghancurkan lebih banyak dan mengurangi pembangunan”.
Ruslan Yusupov, antropolog di Cornell University yang menghabiskan dua tahun di Shadian melakukan penelitian lapangan, mengatakan: “Sinifikasi dua masjid penting ini menandai keberhasilan kampanye tersebut. Bahkan jika masih terdapat masjid-masjid kecil bergaya Arab di desa-desa, akan sulit bagi masyarakat lokal untuk menentang sinisisasi mereka”.
Hannah Theaker, sejarawan Islam di Cina di Universitas Plymouth, mengatakan kampanye sinisisasi masjid telah berkembang pesat.
“Pada tahun 2023, ada perasaan di kalangan komunitas Muslim bahwa sinisisasi arsitektur akan mencapai masjid-masjid terkenal di Yunnan, sebagai masjid besar terakhir yang tidak disinisasi di Cina,” ujarnya.
Ma Ju, seorang aktivis Cina Hui yang tinggal di New York, mengatakan renovasi tersebut adalah “pesan yang jelas untuk menghancurkan agama dan etnis Anda”.
Pertama kali dibangun pada masa dinasti Ming, Masjid Agung Shadian dihancurkan selama revolusi kebudayaan dalam pemberontakan yang dikenal sebagai insiden Shadian. Lebih dari 1.000 orang diperkirakan tewas saat tragedi itu.
Masjid tersebut kemudian dibangun kembali dan diperluas dengan dukungan pemerintah. Desainnya didasarkan pada Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. Masjid ini akhirnya memiliki tiga ruang shalat dengan kapasitas untuk 10.000 jamaah. (hanoum/arrahmah.id)