BANDUNG (Arrahmah.com) – Masjid al Safar menjadi perbincangan di media sosial dan viral. Pasalnya, ada yang mengait-ngaitkan desain masjid karya Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, ini dengan iluminati karena memakai beberapa ornamen berbentuk segitiga.
Tudingan iluminati viral setelah tersebarnya video dari seorang penceramah yang mengulas tentang masjid al Safar.
“Ini pintu masuknya dan lihat ini segitiga semua. Nyaris segitiga semua. Bahkan ketika masuk ke dalam, ini segitiga, satu mata. Maka, ketika kita sholat, sebetulnya kita menghadap siapa, menghadap Allah atau segitiga satu mata?” kata penceramah tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga Harakah Hadamah PP Pemuda Persis Dian Hardiana angkat suara terkait masjid yang di desain oleh Ridwan Kamil itu.
Menurutnya, simbol yang dianggap berhala mesti hal yang memang dipertuhankan. Ia menegaskan, soal akidah harus hati-hati.
“Kalau sekedar simbol organisasi tak bisa masuk ke ranah akidah dan ibadah. Setahu saya, Dajjal disimbolkan dengan mata satu, dengan jelas dan tegas sebagai piramida di atasnya, ada mata satunya yang dikultuskan oleh Yahudi,” jelasnya, sebagaimana dilansir persis.or.id, Ahad (2/6/2019)
Ia menilai, desain arsitek di masjid al Safar itu masih samar jika dikaitkan dengan simbol Illuminati.
“Kalau masih samar apalagi wujudnya seperti di masjid Ridwan Kamil tersebut tak bisa disimpulkan simbol dajjal. Karena piramidnya tak jelas matanya. Baru ada kemiripan, itupun tak sama. Urusan akidah dan ibadah harus hati-hati,” tegasnya.
Sementara itu, sekretaris Hubungan Masyarakat dan Kelembagaan (HMK) PP Persis dan juga pakar sejarah, Tiar Anwar Bachtiar, menjelaskan bahwa tidak semua simbol segitiga diidentikkan dengan Illuminati.
Ia menegaskan, sholat tetap sah dilakukan di sana.
“Shalat di gereja saja sah, jadi gak bener itu (mengatakan shalat tidak sah di masjid al Safar,-red). Gak setiap yang simbol segitiga itu Illuminati,” jelas Tiar.
Ridwan Kamil juga pernah merespons tudingan tersebut melalui akun Twitter-nya. Mantan Wali Kota Bandung yang akrab disapa Kang Emil ini membantah anggapan bahwa masjid hasil desainnya bernuansa illuminati.
“Masjid Al Safar adalah eksperimentasi teori lipat folding architecture. Jika eksperimentasi bentuk itu ditafsir, ya tentu tidak bisa dihindari. Tapi jika disimpulkan bahwa bentuk-bentuknya adalah menerjemahkan simbol illuminati dkk., saya kira itu tidak betul,” cuit Emil, Jumat (31/5/2019).
Masjid Al Safar dibangun di area dengan total luas 6.687 meter persegi. Bangunan masjid sendiri didirikan di atas lahan seluas 1.411 meter persegi. Tanah sisanya, yakni seluas 5.276 meter persegi, dijadikan sebagai taman, kolam, tempat wudhu, dan toilet.
Berlokasi di Rest Area Kilometer 88 Jalur B Jalan Tol Purbaleunyi arah Jakarta, Masjid Al Safar merupakan masjid di rest area jalan tol terbesar se-Indonesia yang dapat menampung lebih dari 1.200 jamaah.
(ameera/arrahmah.com)