JALUR GAZA (Arrahmah.id) – Peristiwa Isra’ Mi’raj tidak akan lepas dari salah satu Masjid bersejarah umat Islam, yakni Masjid Al-Aqsa yang terletak di Yerusalem, Palestina. Masjid yang menjadi kiblat pertama umat Islam itu menjadi saksi bisu perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Syeikh An-Nawawi Al-Bantani dalam kitab Marah Labid menjelaskan, Masjidil Al-Aqsa dipilih sebagai persinggahan Rasulullah setelah Masjidil Haram salah satunya agar buraq dapat terbang ke langit secara lurus, menurut situs web Kementerian Agama, seperti dikutip pada Kamis (8/2/2024).
Lalu bagaimana kondisi Masjid Al-Aqsa saat ini, di tengah gempuran “Israel” terhadap Palestina?
Dilansir dari Middle East Monitor, Masjid Al-Aqsa dilaporkan hampir kosong di hari Jumat ke-17 secara berturut-turut karena pembatasan yang diberlakukan “Israel”. Pembatasan itu telah mencegah puluhan ribu Muslim Palestina melaksanakan shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa.
Seorang pejabat di Departemen Wakaf Islam di Yerusalem memaparkan hanya 13 ribu orang yang dapat memasuki Masjid Al-Aqsa untuk mendirikan shalat Jumat. Jumlah itu tentu sangat berkurang secara signifikan, sebab sebelum pembatasan tersebut diberlakukan lebih dari 50 ribu jamaah selalu memadati Masjid Al-Aqsa untuk mendirikan shalat Jumat.
Seorang narasumber mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa polisi “Israel” telah memberlakukan pembatasan unruk memasuki Masjid Al-Aqsa sejak awal perang di Jalur Gaza, tanggal 7 Oktober 2023. Pembatasan tersebut sangat ketat, terutama di hari Jumat.
Polisi “Israel” memasang penghalang di pintu masuk Kota Tua dan di gerbang luar Masjid Al-Aqsa, mereka hanya mengizinkan orang lanjut usia untuk lewat. Pembatasan yang dilakukan “Israel” memaksa ratusan jamaah melaksanakan shalat di jalan-jalan dekat Kota Tua.
Narasumber tersebut juga mengungkapkan bahwa polisi “Israel” yang dikerahkan di sekitar tempat shalat di Masjid Al-Aqsa juga kerap menyerang para jamaah.
Sementara itu, warga Palestina di Jalur Gaza menderita kelaparan akibat bantuan kemanusiaan yang tidak bisa masuk ke wilayah tersebut. Dalam beberapa pekan terakhir, pengunjuk rasa “Israel” menghentikan truk bantuan yang hendak memasuki Jalur Gaza lewat penyebrangan Karem Abu Salem.
Middle East Eye melaporkan, pengunjuk rasa “Israel” menghentikan truk bantuan memasuki Jalur Gaza, tempat ratusan ribu warga Palestina menghadapi risiko kelaparan yang akut, menurut PBB.
Pada Rabu (7/2), puluhan aktivis, banyak di antaranya berusia muda, memblokir truk bantuan dengan berbaring di jalanan. Beberapa diantaranya mendirikan tenda di daerah tersebut sehingga mereka dapat menghentikan pengiriman bantuan dalam jangka panjang.
Sebelumnya, pada Selasa (6/2), pengunjuk rasa memblokir sekitar 130 truk bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza. (Rafa/arrahmah.id)