RIYADH (Arrahmah.com) — Kerajaan Arab Saudi akan mengabaikan Libanon meski sedang mengalami krisis ekonomi. Saudi melihat tidak ada gunanya terlibat dengan pemerintah Libanon karena negara ini masih dipengaruhi kelompok Syiah Hizbullah dan Iran.
Hal itu ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, seperti dilansir ArabNews, Senin (15/11/2021).
Pernyataan terbaru Saudi ini semakin menghancurkan harapan Beirut akan solusi damai dan memperdalam keretakan diplomatik dengan Riyadh.
Di tengah-tengah Libanon berjuang dengan kelumpuhan politik dan ekonomi yang mengerikan.
“Kami melihat tidak ada tujuan yang berguna untuk terlibat dengan pemerintah Libanon lagi,” kata Pangeran Faisal kepada televisi France 24 dalam sebuah wawancara.
“Kami berpikir, kelas politik Libanon perlu mengambil tindakan yang diperlukan untuk membebaskan Libanon dari dominasi kelompok Syiah Hizbullah dan Iran,” harapnya.
Libanon menghadapi krisis diplomatik terburuk dengan negara-negara Teluk.
Hal itu akibat komentar kritis seorang menteri tentang intervensi yang dipimpin Arab Saudi di Yaman.
Sehingga, mendorong Riyadh untuk mengusir Duta Besar Libanon, menarik utusannya sendiri dan melarang semua impor dari Lebanon.
Saudi marah dengan pernyataan Menteri Informasi Libanon yang baru diangkat George Kordahi.
Mantan pembawa acara TV itu memihak milisi Syiah Houthi dan mengatakan Yaman menjadi sasaran agresi eksternal.
Kordahi mengatakan wawancara itu direkam sebelum dia menjadi menteri.
Dia menolak meminta maaf atau mengundurkan diri, meskipun ada tekanan dari Perdana Menteri Najib Mikati.
Riyadh mengatakan tindakannya didorong tidak hanya oleh komentar Kordahi.
Tetapi juga keberatannya terhadap pengaruh kelompok Syiah Hizbullah dalam politik Libanon. (hanoum/arrahmah.com)