KAIRO (Arrahmah.com) – Pemimpin Hamas bertemu baru Presiden Mesir Mohamed Mursi pada hari Kamis (19/7/2012) dan memuji pemilihan Mursi sebagai awal “era baru” bagi Mesir dan Palestina, Ma’an News melansir Jumat (20/7).
Ini adalah kunjungan pertama Khalid Mashaal ke Mesir sejak Mursi memenangkan pemungutan suara pertama pasca diktator Hosni Mubarak di negara itu.
Pendirian Hamas dilansir terinspirasi oleh Ikhwanul Muslimin – gerakan Islam tertua dan paling mapan di Mesir.
Hamas, yang menguasai Jalur Gaza pada 2007, dianggap oleh Barat sebagai kelompok teroris karena penolakannya untuk mengakui Israel dan meninggalkan kekerasan.
Mishaal dan Mursi membahas cara-cara untuk memastikan bahwa Gaza, yang berbatasan dengan Mesir, mendapatkan gas dan minyak bumi yang dibutuhkan meskipun Israel memblokade wilayah itu.
“Kami telah memasuki era baru dalam hubungan Palestina dengan Mesir, kakak dan pemimpin bangsa Arab,” kata Mashaal setelah pertemuan itu. “Kami senang dengan apa yang kami dengar dari Presiden Mohamed Mursi dan visinya untuk menangani semua masalah ini.”
Pembicaraan berlangsung hampir dua jam. Sehari sebelumnya, Mursi pun melakukan pertemuan dengan Mahmoud Abbas, presiden Otoritas Palestina dan pemimpin Fatah, saingan Hamas.
Hamas diisolasi dari Mesir di bawah pendahulu Mursi yang digulingkan, Hosni Mubarak, serta dengan negara-negara Teluk Arab lainnya dan negara-negara Barat.
Mursi saat ini berada di bawah tekanan dari banyak gerakan untuk membantu mengurangi blokade Gaza. Palestina menuduh Mesir yang terlibat dalam blokade dengan menutup perbatasannya dengan Gaza.
Pemerintah militer Mesir memutuskan pada bulan Februari lalu untuk membolehkan lebih banyak bahan bakar ke Gaza dan meningkatkan pasokan listrik.
Tapi Hamas belum melihat tanda-tanda pergeseran kebijakan sejak terpilihnya Mursi.
Mashaal mengatakan presiden dan intelijen Mesir akan terus mengawal proses rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah yang dimulai tahun lalu.
“Mesir memiliki peran penting dalam hal ini,” katanya, menambahkan bahwa Hamas “tetap berkomitmen untuk melakukan rekonsiliasi”. (althaf/arrahmah.com)