GAZA (Arrahmah.id) – Marvel Studio tampaknya telah menghapus identitas ‘Israel’ dari salah satu karakter mereka, pahlawan super wanita # Sabra, untuk film mendatang Captain America: Brave New World, yang dijadwalkan rilis Februari 2025.
Dalam trailer film yang akan datang, karakter yang diperankan oleh aktris ‘Israel’ Shira Haas, tampaknya digambarkan kembali sebagai pejabat tinggi pemerintah AS dan mantan mata-mata Rusia, Black Widow.
Karakter Haas juga merupakan sekutu Thaddeus ‘Thunderbolt’ Ross yang diperankan Harrison Ford, Presiden AS yang baru terpilih yang berupaya menjadikan Captain America sebagai posisi militer resmi.
Karakter tersebut juga akan diberi nama baru, Ruth Bat-Seraph, bukan Sabra – yang biasanya digunakan dalam serial komik tersebut.
Yang mencolok hilang dari trailer film mendatang tersebut adalah pakaian Sabra berwarna biru dan putih – warna bendera ‘Israel’ – dan juga Bintang Daud yang terpampang.
Sabra biasanya digambarkan sebagai agen Mossad ‘Israel’ dan pertama kali muncul dalam komik Incredible Hulk pada 1980.
Alur cerita karakter dalam komik tersebut telah menuai kritik karena penggambaran negative terhadap karakter Palestina dan Arab, yang sering distereotipkan sebagai orang yang kejam dan misoginis.
Dalam komik, Sabra dibesarkan di kibbutz yang dikelola pemerintah ‘Israel’ untuk melatih kemampuannya, dan menggunakan kekuatan mutan untuk membantu negara. Dalam film, ia menggambarkan dirinya sebagai “pahlawan super negara Israel”.
Penyertaan karakter yang terkait dengan Mossad oleh Marvel menuai reaksi keras pada 2022 di tengah pendudukan dan kekerasan ‘Israel’ selama puluhan tahun di wilayah Palestina.
Saat ini, ‘Israel’ sedang melancarkan serangan militer brutal di Jalur Gaza yang telah memicu tuduhan kejahatan perang dan genosida.
Kelompok Palestina mendesak agar karakter tersebut dihapus dari film, setelah pemerannya diumumkan di Disney’s D23 Expo pada September 2022. Banyak aktivis menjuluki karakter tersebut ‘Kapten Apartheid’.
Aktivis pro-Palestina juga mengecam tindakan tersebut karena karakter tersebut memiliki nama yang mengingatkan pada pembantaian Sabra-Shatila. Antara 1.300 dan 3.500 warga Palestina dan Lebanon syahid di kamp-kamp pengungsi di Beirut pada September 1982, menyusul invasi ‘Israel’ ke negara tersebut. Pembantaian tersebut difasilitasi oleh tentara ‘Israel’ dan dilakukan oleh milisi Kristen Lebanon sayap kanan yang bersekutu dengan ‘Israel’.
Kampanye Palestina untuk Boikot Akademik dan Budaya ‘Israel’ mengecam rasisme dan penghargaan Mossad dalam komik asli sebagai hal yang menjijikkan.
Menyusul kontroversi seputar karakter tersebut, Marvel merilis pernyataan melalui Variety yang berbunyi: “Walaupun karakter dan cerita kami terinspirasi oleh komik, mereka selalu dibayangkan secara segar untuk layar dan penonton masa kini, dan para pembuat film mengambil pendekatan baru dengan karakter Sabra yang pertama kali diperkenalkan dalam komik lebih dari 40 tahun yang lalu.
Kecaman terhadap ‘Israel’ meningkat drastis dalam beberapa bulan terakhir karena perang tanpa pandang bulu di Gaza, yang telah menewaskan sedikitnya 38.713 warga Palestina sejak 7 Oktober.
Serangan dan pengepungan ‘Israel’ terhadap daerah kantong itu telah menjerumuskan Gaza ke dalam situasi kemanusiaan yang mengerikan. PBB telah mengeluarkan beberapa peringatan bahwa kelaparan mengancam di beberapa bagian daerah kantong itu dan pada Senin (15/7/2024), kepala PBB Antonio Gutteres menyebut seluruh daerah kantong itu sebagai “zona pembantaian” menyusul beberapa pembantaian ‘Israel’ di wilayah itu. (zarahamala/arrahmah.id)