RABAT (Arrahmah.com) – Maroko telah meminta untuk bergabung kembali dengan Uni Afrika (AU), 32 tahun setelah ia meninggalkan blok itu sebagai protes atas sebuah keputusan untuk menjadikan wilayah sengketa Sahara Barat sebagai anggota.
Dalam pesan yang dikirim ke pertemuan Uni Afrika di ibukota Rwanda, Kigali, pada Ahad (17/7), Raja Muhammad VI mengatakan sudah waktunya bagi Maroko untuk mengambil kembali tempatnya.
“Untuk waktu yang lama teman-teman kami telah meminta kami untuk kembali ke mereka sehingga Maroko dapat menempati tempatnya dalam keluarga kelembagaannya,” katanya dalam sebuah pidato di hadapan pemimpin Afrika saat mereka memulai pertemuan yang berlangsung dua hari, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
“Saatnya sekarang telah tiba,” katanya.
Menurut MAP, kantor berita resmi Maroko, raja mengatakan bahwa meskipun negaranya telah meninggalkan organisasi itu, tapi “Maroko tidak pernah meninggalkan Afrika”.
Morokoo menganggap Sahara Barat merupakan bagian penting dari kerajaan. Gerakan Front Polisario, yang menuntut penentuan nasib sendiri bagi Sahara Barat, menginginkan referendum kemerdekaan.
Awal tahun ini, Maroko memerintahkan PBB untuk menarik keluar beberapa anggota stafnya dan menutup kantor perwakilan militer untuk misi penjaga perdamaian MINURSO dalam menanggapi penggunaan istilah “pendudukan” oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk menggambarkan kehadiran Maroko di Sahara Barat.
Dalam pesannya, Raja Muhammad mendesak Uni Afrika untuk mempertimbangkan kembali sikapnya terhadap apa yang disebut “momok negara”, dan mengatakan bahwa solusi politik sedang diupayakan di bawah pengawasan PBB.
“Tentang masalah Sahara, institusi Afrika tidak bisa lagi menanggung beban kesalahan sejarah dan peninggalan yang menyusahkan,” kata Raja.
“Melalui babak bersejarah ini, Maroko ingin bekerja dalam Uni Afrika untuk mengatasi berbagai perpecahan.”
Kembalinya Maroko ke Uni Afrika perlu divalidasi oleh pemungutan suara.
(ameera/arrahmah.com)