Al-QARDAHA (Arrahmah.id) – Kota kelahiran mantan Presiden Bashar al-Assad, Al-Qardaha, mengalami ketegangan tinggi setelah serangan terhadap kantor polisi setempat. Demonstran turun ke jalan menuntut penarikan pasukan keamanan umum, menyusul pendirian pos pemeriksaan baru oleh Direktorat Keamanan Dalam Negeri Kementerian Dalam Negeri.
Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa kelompok bersenjata yang disebut sebagai “sisa-sisa rezim Assad” melepaskan tembakan ke arah kantor polisi, menyebabkan kerusakan pada toko dan properti sekitar. Slogan-slogan sektarian juga terdengar dalam aksi tersebut.
Sementara itu, kantor berita resmi Suriah, SANA, mengutip pernyataan pejabat keamanan yang menyebut pendirian pos pemeriksaan baru sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas. Pejabat itu juga menuding kelompok tertentu mencoba menghambat operasi keamanan dan menciptakan kekacauan.
Serangan Berulang
Ketegangan di wilayah pesisir Suriah meningkat sejak kejatuhan rezim Assad pada 8 Desember 2024. Dalam beberapa bulan terakhir, serangan terhadap pasukan pemerintah transisi terus terjadi, terutama di wilayah Lattakia dan Tartous. Salah satu insiden paling mematikan terjadi di pedesaan Tartous, ketika 14 anggota Kementerian Dalam Negeri tewas dalam serangan terhadap pos keamanan.
Untuk mengatasi ancaman tersebut, pasukan keamanan transisi melancarkan operasi di Lattakia yang menewaskan sejumlah loyalis Assad dan menangkap beberapa lainnya.
Pada 8 Desember 2024, kelompok oposisi Suriah merebut ibu kota Damaskus setelah menguasai beberapa kota lain, mengakhiri 61 tahun kekuasaan Partai Baath dan 53 tahun dominasi keluarga Assad.
Dua hari setelahnya, delegasi dari Hai’ah Tahrir al-Sham dan Tentara Pembebasan Suriah bertemu dengan para pemuka suku di Al-Qardaha dan mendapatkan dukungan mereka. Warga setempat melihat pertemuan ini sebagai tanda positif dari semangat rekonsiliasi yang ditunjukkan oleh pemerintah baru.
Dalam sebuah pernyataan, komunitas Alawi menekankan pentingnya keberagaman di Suriah dan mendukung pemulihan layanan kepolisian serta pemerintahan di bawah administrasi baru. Warga Al-Qardaha juga dilaporkan mulai menyerahkan senjata mereka dan merobohkan patung mantan Presiden Hafiz al-Assad.
Masyarakat Alawi di Suriah diperkirakan mencakup sekitar 10% dari populasi negara itu dan terutama bermukim di Provinsi Lattakia, dekat Laut Mediterania dan perbatasan Turki.
(Samirmusa/arrahmah.id)