TRIPOLI (Arrahmah.com) – Markas Dinas Intelijen Libya di ibukota Tripoli dibakar oleh orang-orang bersenjata pada Ahad (4/11). Kebakaran melahap gedung tersebut beberapa jam setelah meletusnya pertempuran sengit antara kelompok-kelompok bersenjata.
Sedikitnya lima orang cedera dalam baku tembak antar milisi tersebut. Peluru juga menyasar sebuah rumah sakit terdekat sehingga menimbulkan ketakutan warga.
Sejumlah saksi mata di desa Sayidi Khalifah, selatan ibukota Tripoli mengatakan bahwa bentrokan bersenjata pecah tepat setelah tengah malam Ahad.
Bentrokan dipicu oleh perselisihan dua kesatuan milisi yang bekerja di bawah koordinasi Komisi Keamanan Tertinggi Libya. Salah seorang anggota kesatuan milisi ditangkap oleh kesatuan milisi lainnya. Usaha membebaskan anggotanya yang tertangkap mengakibatkan bentrokan kedua milisi tak bisa dihindari lagi.
Seorang warga setempat, Khalid Muhammad, menyatakan kepada Reuters bahwa warga desa telah menghubungi pihak kepolisian setempat. Sampai waktu pagi, pasukan kepolisian tidak kunjung datang untuk mengamankan situasi.
Salah satu milisi telah menembakkan roket RPG ke arah gedung markas Dinas Intelijen Libya di lokasi bentrokan. Tembakan itu menimbulkan kehancuran pada sebagian bangunan Markas. Sementara itu milisi lainnya yang bertahan di kantor pos setempat juga membalas dengan tembakan roket RPG. Sejumlah anggota milisi melakukan penjarahan terhadap took-toko di lokasi bentrokan.
Bentrokan sengit itu memaksa warga setempat menutup jalan raya Az-Zawiyah. Hal itu guna mencegah kendaraan yang lewat memasuki kawasan bentrokan. Warga setempat juga mengeluarkan senjata dari rumah-rumah mereka sebagai tindakan antisipasi.
Bentrokan bersenjata itu menimbulkan ketakutan para dokter, perawat dan pasien di Rumah Sakit Pusat Tripoli yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari lokasi bentrokan. Salah seorang dokter, Khalid bin Nur, mengatakan, “Rumah Sakit telah menerima lima korban bentrokan. Kondisi mereka kritis.”
Ia menyayangkan milisi yang terlibat bentrokan bersenjata di dekat rumah sakit. “Kami memiliki banyak pasien, namun mereka tidak mempedulikannya sama sekali.”katanya.
(muhib almajdi/arrahmah.com)