JAKARTA (Arrahmah.com) – Belum lama ini, pengajian rutin ‘Khalifah Club’ kembali diadakan di Makassar, dengan mendatangkan langsung Direktur Al-Qur’an Learning Centre, Ustad H. Bachtiar Nasir, Lc. MM. Acara kali ini diadakan di Saroja Ballroom. Lt 2, Wisma Kalla.
Khalifah Club adalah wadah pengajian kaum elite, yang anggotanya terdiri dari para politisi, pengusaha, para pakar, direksi, direktur BUMN, dan lain-lain. Acara malam itu diawali dengan pembukaan oleh Mursyidah sebagai host, Mursyidah adalah da’iah muda alumni ANTV yang kini sebagai mahasiswa pascasarjana Unhas Makassar.
Acara pengajian bulanan kaum elite tersebut diawali dengan penampilan para ibu-ibu (ummahat) yang merupakan wali murid dari Sekolah Dasar Islam Athirah, Makassar. Mereka tampil menghafal ayat-ayat dari surah an-Naba’ beserta maknanya.
Selain itu tampil juga seorang anak kecil berumur lima tahun bernama Habib, putra Ustad Kamal, yang telah menghafal 1,5 juz untuk memperlihatkan kemampuan halafalannya. Tes dilakukan sendiri oleh ayahnya.
Caranya, dengan menyebut ayat-ayat Alquran secara acak dari juz 29, mulai dari surah al-Haaqah, Nun, al-Qiyamah, al-Mursalat, dan Tabarak. Setiap potongan ayat yang dibacakan oleh ayahnya yang juga seorang hafidz itu langsung disambar dan dilanjutkan oleh sang anak tanpa tersendat sedikit pun, persis dengan anak-anak seumurnya ketika menyanyikan lagu-lagu TK.
Ustad Kamal menekankan bahwa setiap anak di rumah memiliki kemampuan seperti anaknya. Hanya tergantung seberapa besar dan seriusnya orang tua dalam membimbing para buah hatinya untuk fokus mengajari mereka hafalan Alquran.
Ketika Ustad Bactiar Nasir yang akrab disapa ‘UBN’ tampil, beliau memulai ceramahnya dengan menceritakan pengalamannya sewaktu keliling Jazirah Arabiyah minggu lalu dalam rangka kegiatan syuting kultum jelang buka puasa Ramadhan mendatang, katanya, ada seorang pemuda berumur 22 tahun yang mampu menghafal 4 juz namun tak tahu membaca. Dan disitulah salah satu keagungan Alquran.
Juga pertemuannya dengan seorang teman yang konsen mendidik generasi muda Gaza di Palestina dengan jumlah sekolah yang mencapai puluhan, para murid-muridnya diwajibkan menghafal Alquran. Dan ternyata inilah roh pergerakan Palestina, sehingga walaupun dijajah, mereka tetap eksis.
UBN lalu menceritakan perjuangan ibunya dalam mengajarkan Alquran pada dirinya. Yang menurutnya, ibunya adalah sosok manusia hebat yang mampu memberi tumpuan yang besar terhadap pendidikan baca tulis Alquran pada dirinya ketika masih kanak-kanak.
Ia lalu mengungkapkan fakta sejarah bahwa pada zaman Rasulullah, Persia dan Romawi mengalami puncak kemajuannya, namun Rasulullah sama sekali tidak tertarik mengirim para generasi pelanjutnya untuk balajar pada dua negara adikuasa tersebut. Rasulullah benar-benar membangun umatnya dengan Alquran.
Oleh karena itu, lanjut alumni Universitas Madinah ini, negara Indonesia ini akan bisa eksis dan maju kalau pemimpinnya memiliki karakter Alquran sebagaimana para generasi salafa umat ini (assalafu hadzihil ummah).
Air Zam-zam yang pernah hilang setelah wafatnya Nabi Ismail karena para penduduk Makkah melakukan kesyirikan, hingga tiba masa Abu Thalib, yang kerap bermimpi mendapat perintah untuk menggali sumur Zam-zam tersebut. Begitu pula, ketika para masyarakat Arab Saudi meninggalkan kesyirikan, negara itu menemukan begitu banyak sumur-sumur dan ladang minyak dan gas yang terbesar di dunia.
Ini hanyalah petikan-petikan yang bisa dijadikan ibrah yang intinya, hanya dengan cahaya Alquran, sebuah negara akan makmur dan sejahtera.
Menyambut Ramadan
Hati orang beriman sekarang ini sedang bergelora dalam menyambut Ramadan dengan penuh iman. Orang yang tidak berbekal iman pada bulan suci nanti maka ia hanya akan berhaus-haus dan berlapar ria, maka bekal yang paling penting untuk dipersiapkan sekarang adalah ‘keimanan’.
Alkisah, seorang pramugari yang hidup penuh dangan kemaksiatan, mulai dari meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslimah, kumpul kebo bersama suaminya dari orang Barat, minum alkohol, dst. Lalu ia tiba-tiba tersdadar dan berkeinginan untuk naik haji, padahal selama ini ia hanya keliling dunia kemana pesawat itu terbang, dan akhirnya dia pun naik haji atau melakukan rukun Islam yang kelima sebagai wujud kesempurnaan seorang muslimah.
Namun ketika sampai di tanah suci, dia tiba-tiba pingsang selama empat hari, dalam keadaan tak siuman itulah ia merasakan dirinya seakan diazab bertahu-tahun, ia melihat dirinya disiksa, diceburkan dalam air panas yang mendidih, ditusuk dengan besi, makan makanan yang menghancurkan seluruh isi perutnya, dan beragam siksaan lainnya.
Inti gambaran yang diceritakan sang pramugari itu sama dengan kisah-kisah orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka sebagaimana tersebut dalam Alquran. Minuman dari nanah, bau busuk, makanan berdarah dan sejenisnya, lalu disiksa dengan siksaan yang tak pernah terlintas dalam benak, tak terpikir oleh akal, dan tak terbesit dalam hati, ma la ‘ainun raat, wa la udzunun sami’at, wa ma khathara fi fu’adil banyar.
Setelah siuman, ia pun taubat dan berjanji tak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Selanjutnya UBN menuturkan kisah lain yang masyhur tentang seorang preman yang ingin bertaubat, karena telah membunuh 99 orang. Ketika ingin bertaubat dan menghadap kepada rahib (ulamnya orang Yahudi). Rahib itu mengatakan dengan sombongnya bahwa preman itu tidak akan masuk surga.
Dan preman itu pun membunuh rahib tersebut, kini sudah 100 orang yang telah ia lenyapkan nyawanya dengan paksa dan tanpa hak. Ketika bertemu dengan orang salih dan menanyakan kedudukan dirinya di hadapan Alah, orang salih itu memberi harapan bahwa dirinya masih memiliki waktu untuk bertaubat selama ajal belum menjemput.
“Tapi bagaimana caranya saya bertaubat?” tanya preman itu.
“Kamu itu terlalu mudah terbawa oleh lingkunganmu, maka tinggalkan lingkunganmu yang tidak baik itu, cari tempat yang sosiokulturalnya mendukung kamu untuk menjadi manusia baik.”
Sang preman pun mengikuti nasihat orang salih itu. Dalam perjalanan menuju tempat yang sesuai baginya, sang preman meninggal. Malaikat berselisih, apakah dia selamat masuk surga atau tidak.
Akhirnya Allah memerintahkan para malaikat-Nya untuk mengukur posisi tempat meninggal preman itu, apakah dia lebih dekat ke tujuan atau lebih jauh. Jika dekat berarti ia selamat.
Setelah diukur, ia lebih dekat pada tujuannya. Dan dia pun selamat.
Menurut Ibunl Qayyim, taubat adalah manzilah terbaik, dan kalau ada kerjaan yang terbaik menjelang Subuh, itu adalah memohon ampun dengan beristigfar, “wa bil as-hari hum yastagfirun“. Demikian firman Allah.
Dengan taubat dan kesucian hati, maka dengan sendirinya seorang mukmin telah siap untuk mengisi hari-harinya pada bulan Ramadhan. Hanya dengan keimanan, kesiapan menyambut bulan suci menjadi bermakna dan berberkah, keimanan akan mengusir seluruh kegalauan seorang mukmin.
Ayat shaum yang terdapat kata “Kama kutiba alallazina minqablikum” merupakan tasliah lil mukminin alias hiburan pengusir galau bagi seorang mukmin. Pada dasarnya syariat shaum telah ada sejak zaman dahulu, syariat shaum dibutuhkan oleh manusia di setiap zaman.
Setiap manusia pada setiap zaman pasti ingin terkenal, sukses, hebat, dst. Dengan shaum seseorang mampu mendapatkan itu semua. Kalau orang dahulu telah melakukan puasa dengan segala kesuksesannya, maka puasa yang disyariatkan dengan umat yang terakhir ini semestinya lebih mampu sukses dari mereka. Agar lebih baik ‘ketakwaannya’ dari umat terdaulu.
Ibadah terbaik di bulan puasa adalah membaca Alquran serta mentadabburinya, oleh itu UBN juga menekankan bahwa jika Alquran ingin merasuk ke dalam jiwa maka hendaklah membaca bukan hanya sekadar membaca.
Ada beberapa tujuan membaca Alquran yang hendaknya diketahui oleh segenap kaum muslimin.
-
Membaca dengan tujuan ingin mendapat pahala;
-
Membaca dengan niat untuk bemunajat kepada Allah, hal ini akan lebih baik karena karena membaca Alquran adalah sarana berinterkasi dengan Allah;
-
Membaca Alquran dengan tujuan thalabul ‘ilmi atau belajar, karena dalam pandangan kaum muslimin, Alquran adalah kitab yang sarat dengan ilmu, dan merupakan sumber ilmu yang palaing autentik;
-
Membaca Alquran dengan niat ingin hidup dan beramal sesuai tuntunan Alquran, kaefa na’isyu ma’al qur’an; dan
-
Memohon kesembuhan dengan Alquran. Karena pada dasarnya manusia itu terlalu banyak memiliki penyakit, baik penyakit lahir maupun batin, atau al istisyfal bil quran. Sebagaimana firman Allah, wanunazzilu minal quran ma huwa syifa‘. Mudah untuk menyembuhkan orang kesurupan dengan Alquran tapi susah menyembuhkan orang yang telah bertahun-tahun kesetanan.
Tak lupa pula, Sekjen MIUMI ini memaparkan keadaan Suriah yang sangat memprihatinkan. Namun secercah harapan telah muncul karena saat ini para ulama Sunni telah sepakat bahwa genderang perang Sunni-Syiah telah ditabuh, kini Iran telah mengirim 8000 pasukannya untuk menghabisi para pasukan Sunni yang berjumlah sebesar 30.000 personil!
Jadi jika ada tokoh yang masih ragu-ragu untuk memvonis kesesatan Syiah, semoga secepatnya taubat dan kembali ke jalan yang benar, karena jika tidak, maka sia-sialah hidupnya. Mari melawan penyimpangan akidah yang disebarkan oleh Syiah. Allahu Akbar.
[Ilham Kadir]
(islampos.com/arrahmah.com)