(Arrahmah.com) – Para Ulama Salaf lebih mendahulukan adab dibanding ilmu dan mereka amat sangat menjaga adab Islami dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan mereka.
Ibnul Mubarok berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Imam Syafi’i pernah ditanya seseorang tentang bagaimana besarnya keinginan dan kesungguhan beliau untuk belajar dan memahami adab. Beliau menjawab:
أسمع بالحرف منه مما لم أسمعه فتود أعضائى أن لها أسماعا فتنعم به
“Ketika aku mendengarkan satu huruf saja tentang adab yang belum pernah aku dengar sebelumnya, maka aku rasakan seluruh anggota tubuhku menginginkan untuk mempunyai pendengaran sehingga mereka mendengarnya dan mendapatkan nikmatnya adab.”
Lalu orang itu bertanya lagi: “Lalu bagaimana keinginanmu mempelajari adab itu?”
Beliau –rahimahullah– menjawab:
طلب المرأة المضلة ولدها وليس لها غيره
“Seperti seorang ibu yang sedang mencari anak satu-satunya yang hilang.” Lalu beliau berkata:
ليس العلم بما حفظ العلم ما نفع
“Ilmu bukanlah diukur dengan apa yang telah dihafal oleh seseorang, tetpi diukur dengan apa yang bermanfaat bagi dirinya.”
Seorang ulama Salaf menasehati anaknya :
يا بنى لأن تتعلم بابا من الأدب أحب إلى من أن تتعلم سبعين بابا من أبواب العلم
“Wahai anakku, aku lebih suka melihatmu mempelajari satu
bab tentang adab dibanding mempelajari tujuh puluh bab tentang ilmu.”
Ibrahim bin Hubaib, berkata: ayahku berkata kepadaku: “Wahai anakku, datangilah para fuqaha dan para ulama, dan belajarlah dari mereka serta ambillah adab, akhlak dan petunjuk mereka, karena sesungguhnya hal itu lebih aku sukai untukmu daripada memperbanyak hadits.”
Diriwayatkan dari Musa bin Nushair, beliau berkata: “Aku mendengar Isa bin Hammad menasehati para pelajar ilmu hadits:
“Pelajarilah kelembutan hati dan kerandahan jiwa sebelum kalian belajar ilmu.”
Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) berkata:
الحكايات عن العلماء ومجالستهم أحب إلى من كثير من الفقه لأنها آداب القوم وأخلاقهم
“Kisah-kisah tentang kehidupan para ulama dan duduk dalm majlis mereka lebih aku sukai dari mempelajari banyak ilmu, karena kisah-kisah itu penuh dengan ketinggian adab dan akhlak mereka.”
Oleh Ibnu Hajar
(adibahasan/arrahmah.com)