Oleh Himyar Bahalwan*
(Arrahmah.com) – Setiap penduduk yang menetap di suatu tempat tentu mempunyai kebiasaan unik. Mulai dari cara bergaul, cara berpakaian, atau adat atau ritual khusus yang dilestarikan didalamnnya. Tak terkecuali penduduk yang menetap di Kepalauan Solomon. Ya, penduduk yang tinggal di pulau yang terletak di Pasifik Selatan ini mempunyai kebiasaan unik ketika hendak menumbangkan sebuah pohon. Pada umumnya, cara untuk menebang pohon, salah satunya adalah dengan gergaji. Tapi, penduduk di pulau ini tidak demikian. Mereka berkumpul di depan suatu pohon yang hendak ditumbangkan. Kemudian, beberapa orang yang kuat dan berani diantara mereka menaiki pohon itu dan yang lainnya tetap berada di bawah. Kemudian mereka mencaci maki habis-habisan pohon tersebut. Mereka melakukannya hingga berjam-jam bahkan hingga 40 hari. Namun, usaha mereka tidaklah sia-sia. Suatu peristiwa menakjubkan terjadi. Pohon yang pada awalnya dicaci maki tersebut, akhirnya tumbang.
Suatu peristiwa yang mengandung sebuah hikmah yang dapat kita petik darinya. Bagaimana mungkin sebuah pohon yang pada awalnya sangat kokoh, kemudian tumbang hanya dengan cacian dari sekelompok orang? Coba kita renungkan, apabila pohon yang kokoh saja bisa tumbang dan mati hanya dengan cacian, lalu bagaimana dengan manusia?
Satu hal yang harus kita ingat, bahwasannya Rasululllah Shallalahu alaihi wa sallam telah melarang perbuatan saling mencaci diantara manusia, terutama sesama Muslim. Begitu gentingnya masalah ini, hingga Rasulullah Saw bersabda: “Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran”. (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad no.3465,3708),
Hadits di atas merupakan peringatan Nabi kepada umatnya agar tidak semena-mena mencela orang lain. Karena didalamnya mengandung banyak sekali kemudharatan. Munculnya pertikaian antaragama, suku, warga negara, dan yang lainnya saat ini adalah tidak lain karena perkara lisan. Maka benarlah pepatah yang mengatakan keselamatan seseorang terletak pada penjagaan lisannya. Pencelaan terhadap orang lain tidak lain disebabkan dendam atau amarah yang tertanam pada hati pencela.
Suatu penelitian yang sangat luar biasa dilakukan oleh Dr.Ahmed Shawki Ibrahim, anggota dari Royal Society of Medicine London dan konsultan kardiologi internal medicine. Dia berkata: “Kodrat manusia ditandai oleh kecenderungan dan perilaku yang berbeda. Sebagai contoh, keinginan jasmani mengarah kepada kemarahan. Sifat dominan dilambangkan oleh kecenderungan terhadap kesombongan dan keangkuhan. Sementara mengikuti hawa nafsu seseorang menghasilkan kebencian dan keengganan untuk orang lain. Secara umum, di samping penyakit-penyakit psikologis dan fisik lain seperti diabetes dan angina, menurut penelitian ilmiah mengafirmasi kenyataan bahwa kemarahan yang terus-menerus dapat mempercepat kematian manusia. Marah-marah bisa cepat “mati ” So, jaga lisanmu, maka bagimu keselamatan.
*Penulis adalah Aktivis Rumah Qur’an YNF
(azm/arrahmah.com)