LAHORE (Arrahmah.id) — Mantan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan menyerukan aksi protes “kebebasan” nasional, Ahad (14/5/2023). Seruan ini dilontarkannya setelah penangkapan dan penahanan singkatnya pekan lalu memicu kerusuhan mematikan di Pakistan.
Marah dengan penangkapan itu, para pendukung Khan membakar gedung-gedung pemerintah, memblokir jalan-jalan dan merusak properti milik militer, yang mereka salahkan atas kejatuhan Khan.
“Kebebasan tidak datang dengan mudah. Anda harus merebutnya. Anda harus berkorban untuk itu,” kata Khan dalam pidato yang disiarkan di YouTube, Sabtu (13/5) malam, seperti dikutip dari AFP.
Dia menyerukan para pendukungnya untuk mengadakan protes “di ujung jalan dan desa Anda” di seluruh negeri.
Ia juga mengumumkan kembali akan berkampanye pada Rabu (17/5) untuk pemilihan segera.
Selama berbulan-bulan, pemimpin partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) telah melakukan kampanye perlawanan terhadap militer.
Penangkapannya pada hari Selasa terjadi hanya beberapa jam setelah dia ditegur karena mengklaim pejabat senior terlibat dalam upaya pembunuhan terhadapnya tahun lalu.
Militer Pakistan yang kuat telah secara langsung memerintah negara itu selama hampir setengah dari 75 tahun sejarahnya, dan terus memegang kekuasaan atas sistem politik.
“Tindakan Panglima Militer telah membuat buruk militer kita. Itu karena dia, bukan karena saya,” kata Khan dari rumahnya di Lahore.
Khan sebelumnya mengatakan kepada wartawan, bahwa “satu orang, panglima militer” berada di balik penangkapannya. Tetapi Khan menjauhkan diri dari serangan terhadap instalasi militer pada protes, menyangkal bahwa pekerja partainya terlibat dan menyerukan penyelidikan independen atas kekerasan tersebut.
Tentara, yang menyangkal tuduhan yang dibuat oleh Khan, pada hari Sabtu memperingatkan terhadap upaya untuk menciptakan “salah persepsi” terhadap institusi tersebut.
Dilaporkan pula setidaknya 9 orang tewas dalam kerusuhan pekan lalu. Selain itu ratusan petugas polisi terluka dan lebih dari 4.000 orang ditahan, sebagian besar di provinsi Punjab dan Khyber Pakhtunkhwa, menurut pihak berwenang. (hanoum/arrahmah.id)