Naskah-naskah itu, yang berasal dari akhir abad ke-14, menunjukkan bahwa Utsmaniyah menguasai Gunung Athos di bawah otoritas mereka, mempertahankan otonominya dan melindunginya dari gangguan eksternal.
Ribuan manuskrip era Utsmaniyah telah ditemukan di sebuah biara Yunani Abad Pertengahan, termasuk diantara yang tertua di dunia.
Para peneliti menemukan harta yang hampir tidak dikenal ini untuk pertama kalinya di sebuah Biara Pantokrator yang dikelilingi benteng di komunitas Kristen Ortodoks monastik Gunung Athos.
“Dokumen pertama yang menjelaskan (pada periode pertama sejarah Utsmaniyah) disimpan di sini, di Gunung Athos,” ungkap pakar sejarah Bizantium, Jannis Niehoff-Panagiotidis.
Niehoff-Panagiotidis, seorang profesor di Free University of Berlin, mengatakan yang tertua dari sekitar 25.000 karya Utsmaniyah yang ditemukan di perpustakaan monastik berasal dari tahun 1374 atau 1371.
Itu lebih tua dari yang dikenal di dunia, katanya, seraya menambahkan bahwa di Istanbul, ketika Utsmaniyah mengganti nama Konstantinopel dan menjadikan kota itu sebagai ibu kota mereka sendiri, arsip tertua hanya berasal dari akhir abad ke-15.
Niehoff-Panagiotidis mengatakan tidak mungkin untuk memahami ekonomi dan masyarakat Gunung Athos di bawah pemerintahan Utsmaniyah tanpa berkonsultasi dengan dokumen-dokumen ini, yang mengatur hubungan para biarawan dengan pemerintah saat itu.
Perpustakaan Biara Pantokrator adalah salah satu dari 20 perpustakaan di semenanjung Athos Yunani utara. Didirikan lebih dari 1.000 tahun yang lalu, perpustakaan ini bisa dikatakan gudang karya langka berusia berabad-abad dalam beberapa bahasa termasuk Yunani, Rusia, dan Rumania.
Banyak yang telah dipelajari secara ekstensif, tetapi bukan dokumen Utsmaniyah, produk birokrasi yang memerintah Yunani utara dari akhir abad ke-14 — jauh sebelum ibu kota Bizantium, Konstantinopel, jatuh ke tangan Utsmaniyah pada 1453 — hingga awal abad ke-20 ketika daerah itu menjadi Yunani lagi.
Naskah-naskah tersebut menceritakan sebuah kisah yang bertentangan dengan pemahaman tradisional di Yunani tentang pemerintahan Utsmaniyah di daerah-daerah yang baru ditaklukkan, melalui penyitaan kepemilikan properti mewah di biara-biara Gunung Athos.
Sebaliknya, penguasa baru ini justru merangkul masyarakat di bawah kepemimpinan mereka, mempertahankan otonominya dan melindunginya dari campur tangan eksternal.
Nikopoulos mengatakan bahwa salah satu hal pertama yang dilakukan Murad II, penguasa Utsmaniyah yang menaklukkan Thessaloniki — kota terdekat dengan Gunung Athos — adalah membuat dokumen hukum pada tahun 1430 yang melindungi masyarakat.
“Sultan Utsmaniyah sendiri memastikan sistem administrasi Gunung Athos agar tetap terjaga,” katanya.
Bahkan sebelum itu,
Niehoff-Panagiotidis menambahkan, Sang Sultan mengeluarkan mandat yang menetapkan hukuman tegas bagi para penyusup setelah sekelompok perampok terlibat dalam pencurian kecil dari salah satu biara.
“Mereka bahkan tidak menempatkan pasukan di sini. Paling-paling mereka akan memiliki perwakilan lokal yang mungkin tinggal di pusat administrasi komunitas, Karyes sambil menyeruput teh.”
Lanjut Niehoff-Panagiotidis, adalah b
ahwa selama kira-kira dua abad pertama pemerintahan Utsmaniyah tidak ada upaya yang dilakukan untuk memaksakan hukum Islam di Gunung Athos atau bagian terdekat dari Yunani utara.
Pastor Theophilos, seorang biarawan Pantokrator yang membantu penelitian tersebut, mengatakan “penelitian ini juga menjelaskan contoh-contoh bagaimana orang dapat hidup bersama, prinsip-prinsip yang umum bagi semua umat manusia, benih-benih hak asasi manusia dan penghormatan terhadap mereka, demokrasi dan prinsip hidup berdampingan secara sosial.”
(zarahamala/arrahmah.id)