GAZA (Arrahmah.id) – Pada pertemuan Dewan Keamanan PBB, Selasa (26/2/2025), mantan tawanan Noa Argamani berbagi rincian serangan udara ‘Israel’ yang menewaskan tawanan ‘Israel’ Yossi Sharabi dan hampir merenggut nyawanya.
Ia mengenang malam ketika serangan ‘Israel’ menghancurkan rumah tempat ia, Yossi Sharabi, dan Itay Svirsky ditahan. Ia mengatakan bahwa rumah itu “meledak”. “Itay mampu berdiri, tetapi Yossi dan saya terjebak di bawah reruntuhan,” tambahnya.
“Saya tidak bisa bergerak. Saya tidak bisa bernapas. Saya pikir itu adalah saat terakhir saya. Saya berteriak sekeras mungkin agar seseorang mendengar saya. Saya mendengar Yossi juga berteriak. Namun setelah beberapa detik, dia terdiam,” tambahnya.
Dia mengatakan bahwa para pejuang perlawanan menyelamatkannya dari reruntuhan. “Saya mencoba menolong Yossi, tetapi sudah terlambat.” Namun, dia mengklaim bahwa dialah satu-satunya yang berusaha menyelamatkannya, sehingga menimbulkan keraguan tentang kredibilitas pernyataannya, terutama karena para pejuang baru saja menyelamatkannya, sehingga kecil kemungkinan mereka akan meninggalkan Yossi.
Argamani menghindari menyebutkan peran para pejuang dalam penyelamatan itu, dan berbicara dengan nada pasif tentang tindakan mereka dan serangan udara ‘Israel’ yang menghancurkan rumah itu.
Ia melanjutkan, mengatakan bahwa ia dan Itay Svirsky “harus mencari tempat lain untuk bersembunyi,” dan para pejuang memindahkan mereka ke rumah lain. Kemudian, ia mengklaim bahwa para pejuang membunuh Itay, meskipun sebelumnya menyatakan bahwa mereka memindahkannya demi keselamatan.
Argamani juga merujuk pada video yang dirilis Hamas pada 15 Januari 2024. Dalam rekaman itu, ia menggambarkan kejadian yang sama tetapi menyertakan detail penting yang tidak disebutkan dalam pidatonya di PBB. Ia menyatakan bahwa jet tempur F-16 Israel menembakkan tiga rudal ke gedung mereka. Dua rudal meledak dan menguburnya di bawah reruntuhan.
Dalam video tersebut, ia mengakui bahwa pejuang perlawanan menyelamatkan dirinya dan Itay tetapi tidak dapat menyelamatkan Yossi. Ia juga menyatakan bahwa Itay kemudian terbunuh oleh serangan udara ‘Israel’ saat mereka dievakuasi ke lokasi lain.
“Mereka memindahkan saya dan Itay ke tempat lain, dan selama pemindahan, Itay terkena serangan udara IDF. Ia tidak selamat. Saya menderita luka di kepala, kepala saya penuh pecahan peluru, dan luka di sekujur tubuh,” katanya.
Argamani mengatakan dia terluka, dengan pecahan peluru di kepalanya dan luka di sekujur tubuhnya. Namun, dalam kesaksiannya di PBB, dia mengklaim tidak pernah menerima perawatan medis, namun tetap pulih.
Pernyataannya di PBB menimbulkan pertanyaan tentang ketidakkonsistenan antara keterangannya dan penghilangan rincian penting dari kesaksiannya sebelumnya.
Tak lama setelah dibebaskan, Argamani menyatakan bahwa dia tidak dipukuli oleh pejuang Hamas, tetapi dia mengalami memar akibat serangan ‘Israel’.
“Saya tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi di media selama 24 jam terakhir. Segala sesuatunya diambil di luar konteks,” katanya, mengacu pada laporan di media ‘Israel’ yang mengklaim bahwa dia mengatakan bahwa dia dipukuli di sekujur tubuhnya selama penahanannya.
“Saya tidak dipukuli, dan rambut saya tidak dipotong. Saya berada di sebuah gedung yang dibom oleh Angkatan Udara [‘Israel’]. Kutipan yang akurat adalah: ‘Akhir pekan lalu, setelah penembakan, seperti yang saya katakan, saya mengalami luka di seluruh kepala dan cedera di seluruh tubuh.” (zarahamala/arrahmah.id)