Tahanan Guantanamo asal Jerman, Murat Kurnaz secara terbuka berbicara tentang siksaan yang pernah ia alami, salah satunya siksaan setruman listrik, pemukulan dan penghinaan selama bertahun-tahun.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan jaringan berita Rusia Today, mantan tahanan mengatakan ia ditahan di kamp Teluk Guantanamo selama lima tahun sebelum dibebaskan tanpa tuduhan.
Kurnaz melanjutkan bahwa Amerika tidak meminta maaf atas tahun-tahun siksaan yang ia alami di fasilitas penahanan yang terkenal sangat kejam di dunia dan dia tidak berpikir bahwa mereka akan melakukannya.
Dia lebih jauh menjelaskan bahwa ia ditangkap di Pakistan pada 2001, dan diterbangkan ke Amerika setelah ia mengunjungi sebuah sekolah yang dikelola oleh Jamaah Tabligh-gerakan keagamaan yang tersebar di seluruh dunia. Kurnaz sebelumnya menjadi akrab dengan Jamaah Tabligh Pakistan melalui bantuan untuk tunawisma dan pemuda yang memiliki masalah kecanduan obat-obatan.
Ia mengatakan ketika ia ditangkap, tentara Pakistan tidak bercerita apa-apa mengenai apa yang sedang terjadi.
“Mereka tidak memberitahu saya bahwa mereka sedang mencari ‘teroris’ atau apapun. Mereka mengatakan kami hanya ingin memeriksa paspor Anda. Aku tidak tahu pada waktu itu mereka mendapatkan hadiah sebesar 3.000 USD untuk setiap orang. Tidak di bawah nama saya, tapi bagi siapa saja yang diserahkan ke Amerika sebagai ‘teroris” mereka mendapatkan 3.000 USD dan 3.000 USD di Pakistan merupakan uang yang banyak,” ujar Kurnaz.
Dia mencatat bahwa setelah ditransfer ke Kandahar, Afghanistan, ia menyaksikan segala macam hal dan yang dapat ia bayangkan adalah penyiksaan.
“Saya melihat banyak orang tewas karena penyiksaan. Saya adalah salah satu dari mereka yang selamat dari berbagai jenis penyiksaan. Mereka menggunakan electroshock terhadap saya karena saya tidak ingin menandatangani surat-surat.”
“Saya dipaksa menyetujui bahwa saya adalah anggota Al Qaeda dan Taliban dan saya mengatakan, tidak. Sungguh, aku tidak tahu saat itu apa itu Al Qaeda, saya tidak tahu (apapun) mengenai Al Qaeda. Jadi, ketika mereka bertanya padaku mengenai Al Qaeda dan Taliban, saya katakan, saya bukan anggota mereka. Dan mereka membawakan saya sebuah makalah, memaksa saya menandatanganinya. Saya menolak,” ungkap mantan tahanan Guantanamo ini.
“Itulah sebabnya mereka mencoba membuat saya setuju dengan electroshock. Dan lain waktu mereka memaksa saya dengan siksaan water boarding. Lain waktu mereka menggantung saya dengan rantai. Aku tergantung di langit-langit. Mereka menarik saya ke langit-langit dengan rantai. Setelah beberapa hari saya mulai pingsan, karena dalam situasi itu saya tidak makan atau minum dan dinginnya ruangan membuat saya membeku. Saat itu tengah musim dingin dan saya tidak memiliki pakaian,” tambahnya.
Kurnaz mengatakan para tahanan Guantanamo tangan dan kakinya dirantai dalam posisi fatal di lantai tanpa kursi, makanan atau minuman selama 24 jam atau lebih. Ia juga mengatakan bahwa tahanan Guantanamo termuda berusia sembilan tahun dan tahanan di bawah umur kedua berusia 12 tahun.
Setelah menjabat sebagai presiden AS, Barack Obama menandatangani sebuah perintah eksekutif untuk menutup fasilitas penahanan tersebut pada tahun 2010, namun sampai saat ini hal itu belum terjadi. (haninmazaya/arrahmah.com)