DAMASKUS (Arrahmah.com) – Seorang mantan tahanan perempuan di penjara yang paling brutal di Suriah mengatakan kepada Zaman Alwasl bahwa ia menyaksikan pemerkosaan sistematis bagi para aktivis perempuan.
Om Ahmed, seorang janda berusia 37 tahun, suaminya tewas dalam pertempuran di selatan Damaskus di mana ia tetap tinggal untuk mendukung para pejuang yang memperlakukannya sebagai saudara.
Dalam perjalanan pulang dari mengunjungi kakaknya di Kiswa, ia ditangkap oleh pasukan rezim Nushairiyah Suriah pimpinan Assad dan kemudian dipindahkan ke pusat penahanan al-Khatib.
Dia berada di sana selama tiga bulan dan mendapatkan pengalaman yang tidak pernah terlupakan seumur hidupnya.
“Mereka membakar tubuh perempuan dengan tiang panas, menggantungnya selama berjam-jam secara teratur (setiap harinya),” ujar Om Ahmed seperti dilansir Zaman Alwasl pada Senin (2/3/2015).
Mantan tahanan tersebut menyebutkan bahwa dia mengalami penyiksaan berat saat anggota keamanan Assad menginginkan informasi mengenai para pejuang dan rincian lokasi mereka.
“Mereka menyiram air dingin ke kepala dan tubuh saya, lalu memukul saya, saya digantung berkali-kali dan mereka mencoba mempermalukan saya. Namun penyiksaan yang saya terima tidak sebanding dengan apa yang telah terjadi pada wanita lain.”
“Seorang petugas menghancurkan jari saya dengan menutup pintu, yang saya ingat mereka memanggilnya Ali, tapi saya tidak ingat wajahnya karena kami tidak diizinkan menatap wajah petugas,” ungkap Om Ahmed. Ia menambahkan bahwa pasukan rezim
cenderung memperkosa perawan dan berkali-kali seorang gadis diperkosa oleh banyak orang.
Om Ahmed melaporkan bahwa seorang gadis berusia 19 tahun dari Damaskus selatan menderita pendarahan hebat karena sering diperkosa.
“Dokter mengunjungi penjara saat kasus pendarahan setelah pemerkosaan, saya bertemu banyak dokter, salah satunya adalah pria yang baik karena ia mengirimkan perempuan (korban) ke penjara, sementara yang lainnya sangat kejam kepada anak gadis dan wanita,” lanjut Om Ahmed.
Ia menambahkan bahwa seorang wanita dikabarkan hamil dan beberapa jam kemudian dia dibawa pergi dan tidak ada yang tahu nasibnya. Om Ahmed menegaskan bahwa terdapat banyak gadis berusia 10 tahun di dalam penjara Assad dan mereka mengalami penyiksaan yang sama. Anggota keamanan menggunakannya untuk bekerja sama dengan Shabiha untuk menyediakan gadis-gadis yang dipenjara yang ditukar dengan sejumlah uang.
Om Ahmed dipindahkan ke penjara Sasaa dan berada di sana selama 20 hari di mana ia menerima penyiksaan hebat dan penghinaan. Pasukan Assad menggambarkan para tahanan sebagai “pengkhianat” dan mengatakan bahwa “sepatu bot mereka jauh
lebih terhormat dibanding kami.”
Penjara Sasaa untuk wanita paruh baya dan wanita tua, sedangkan para gadis tidak tinggal di sana selama lebih dari dua hari, mereka menghilang namun tidak ada yang tahu apa yang terjadi kepada mereka, ungkap Om Ahmed. (haninmazaya/arrahmah.com)