KABUL (Arrahmah.id) – Fasihuddin Fitrat, kepala staf Kementerian Pertahanan Imarah Islam Afghanistan, mengomentari pertemuan kelima tokoh-tokoh politik dari pemerintahan sebelumnya yang diadakan di Wina, dengan menyatakan bahwa orang-orang ini tidak lagi dapat diterima oleh rakyat Afghanistan.
Berbicara kepada wartawan di Badakhshan, Fitrat menyoroti keterlibatan pemerintah Afghanistan saat ini di berbagai tingkatan dengan negara-negara di seluruh dunia, menekankan bahwa Imarah Islam berusaha untuk memperluas hubungannya dengan komunitas internasional.
Kepala staf Kementerian Pertahanan mengatakan: “Dengan pertemuan-pertemuan ini, mereka bertujuan untuk mengacaukan opini publik. Mereka adalah orang-orang terkenal yang tidak lagi dipercaya oleh rakyat Afghanistan. Akan lebih baik bagi mereka untuk berhenti bersekongkol dan menyebarkan propaganda melawan Imarah Islam.”
Dia lebih lanjut menambahkan bahwa Imarah Islam mengambil pendekatan serius untuk membina hubungan yang lebih dekat dengan negara-negara lain, dan saat ini, banyak negara yang terlibat dalam beberapa bentuk interaksi dengan Imarah Islam, lansir Tolo News (23/2/2025).
Fasihuddin Fatrat menyatakan: “Meskipun tidak ada negara yang secara resmi menyatakan pengakuannya terhadap Imarah Islam, interaksi yang terjadi sejauh ini menunjukkan bahwa Imarah Islam memiliki posisinya di dunia, dan banyak negara yang terlibat dengannya.”
Sementara itu, Amanuddin Mansoor, komandan Korps Angkatan Darat Omari, menepis klaim adanya perselisihan internal di antara para anggota Imarah Islam dan menekankan bahwa tidak ada pemerintahan yang akan ada di Afghanistan setelah ‘Taliban’.
Komandan Mansoor menyatakan: “Tidak ada perselisihan mendasar di antara para pemimpin Taliban. Sama seperti mereka bertempur di bawah satu bendera selama jihad, hari ini, persatuan yang sama tetap ada di antara mereka. Tidak ada perubahan, dan tidak akan ada pemerintahan pasca-Taliban; hal seperti itu tidak ada.”
Selain itu, Kepala Staf Kementerian Pertahanan menolak laporan keberadaan dan perekrutan ISIS di Afghanistan utara, dan menegaskan bahwa kelompok tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengganggu keamanan negara. (haninmazaya/arrahmah.id)