SURIAH (Arrahmah.com) – Muhsin Al-Fadhli, seorang pemimpin senior Al-Qaeda di Iran, pindah ke Suriah pada pertengahan 2013, menurut laporan Arab Times pada Jum’at (21/3/2014). Mengutip sumber anonim, publikasi tersebut melaporkan bahwa Muhsin telah bergabung dengan Jabhah Nushrah, cabang Al-Qaeda di Suriah.
Dia juga dilaporkan dikirim ke negara itu setelah perselisihan pecah antara Jabhah Nushrah dan Daulah Islam Irak dan Syam atau Islamic State of Iraq and the Sham (ISIS).
Muhsin adalah salah satu mujahid yang dipercaya melaporkan kembali kepada Syaikh Ayman Az-Zhawahiri perihal permasalahan yang ada, menurut Arab Times, dan dia juga mempunyai pengaruh terhadap keputusan Al-Qaeda.
Saat ini, Muhsin dikabarkan merekrut Muslim Eropa untuk bergabung dengan jihad di Suriah dan “melatih mereka tentang bagaimana untuk melaksanakan operasi ‘teror’ di negara-negara barat, sebagian besar berfokus pada alat transportasi umum seperti kereta api dan pesawat terbang.”
Muhsin menjadi pemimpin jaringan Al-Qaeda di Iran setelah seorang pemimpin senior Al-Qaeda yang dikenal sebagai Yasin As-Suri ditahan oleh pemerintah Iran. Pada Desember 2011, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan hadiah sebesar $ 10 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Yasin.
Pada Februari 2012, laporan-laporan pers menunjukkan bahwa Muhsin telah menggantikan Yasin sebagai pemimpin Al-Qaeda di Iran. Dan pada Oktober 2012 pihak salibis AS menyatakan bahwa Muhsin memang menggantikan Yasin.
Tapi awal tahun ini, pemerintah salibis AS mengumumkan asumsi bahwa Yasin telah kembali memerankan kepemimpinannya di Iran sekali lagi. Pada akhir Januari, pejabat Departemen Keuangan dan Departemen Luar Negeri salibis AS berbicara pada Al-Jazeera mengatakan bahwa Yasin juga mendukung Jabhah Nushrah dari bumi Iran.
Pada awal Februari, Departemen Keuangan salibis AS secara resmi menyatakan bahwa Yasin telah “kembali dalam kepemimpinan jaringan Al-Qaeda yang berbasis di Iran setelah sementara ditahan di sana pada akhir 2011.”
Dengan Yasin yang kembali memainkan perannya, sejumlah spekulasi media menyebutkan bahwa Al-Qaeda pun memiliki kebebasan operasional untuk mengutus Muhsin ke Suriah di tengah berlangsungnya konflik internal mujahidin di sana.
Laporan Arab Times menarik dari sumber Kuwait, yang memiliki kepentingan dalam pelacakan Muhsin karena dia adalah penduduk asli negara mereka di mana pada tahun 2009, publikasi akurat melaporkan bahwa Muhsin berada di sepanjang perbatasan Iran-Afghanistan.(banan/arrahmah.com)