LONDON (Arrahmah.com) – Mantan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson dihujat pada Kamis (1/11/2018) setelah terungkap bahwa ia terbang ke Jeddah dalam perjalanan 14.000 poundsterling yang dibayar oleh Riyadh hanya beberapa hari sebelum pembunuhan brutal terhadap jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, di konsulat negaranya di Istanbul.
Johnson, yang pernah menghina niqab dengan mengatakan para pemakainya menyerupai kotak pos berjalan dan perampok bank, mengunjungi Jeddah dalam perjalanan tiga hari pada bulan September, di mana perjalanan, makanan, dan akomodasi mewah disediakan gratis baginya.
Sebuah sumber yang dekat dengan pencibir niqab tersebut mengatakan dia telah “mengunjungi Arab Saudi untuk membahas kampanye jangka panjang dalam rangka meningkatkan pendidikan bagi perempuan” selama perjalanan dari 19 hingga 21 September.
Seperti dikutip dari Guardian, anggota parlemen dari kubu Konservatif ini telah “mengecam pembunuhan Jamal Khashoggi dan terus percaya bahwa Inggris harus menahan Arab Saudi untuk memperhitungkan tindakan biadab ini”.
Menurut laporan yang dikutip New Arab, Johnson adalah salah satu dari puluhan politisi Inggris yang menerima perjalanan mewah gratis ke kerajaan. Trip gratis ini membebani rezim Saudi lebih dari 208.000 poundsterling.
Laporan muncul menyusul pengungkapan terbaru dari Daftar Anggota Parlemen Inggris, menyoroti peningkatan upaya oleh pemerintah Saudi untuk menghabiskan uang pada anggota parlemen Inggris dengan menerbangkannya ke negara mereka.
Mantan menteri dan pembantu dekat Perdana Menteri Inggris Theresa May termasuk di antara anggota parlemen yang menerima perjalanan yang didanai Riyadh, yang sering termasuk penerbangan kelas bisnis, penginapan mewah, dan perhotelan mewah, menurut Channel 4 Inggris.
Upaya yang dilipatgandakan oleh pihak berwenang Saudi untuk meningkatkan perjalanan mewah bagi anggota parlemen Inggris sekali lagi menimbulkan pertanyaan mengenai hubungan mendalam antara pemerintah Inggris dan rezim yang secara luas dikritik karena pelanggaran hak asasi manusia.
Jelang eksekusi Khashoggi, rezim Saudi telah menghadapi kritik keras karena upaya represifnya untuk membungkam para pembangkang, menganiaya lawan-lawan politik, dan melakukan eksekusi publik.
Pada bulan Maret 2015, di bawah kekuasaan de facto Putra Mahkota Muhammad bin Salman, rezim Saudi memimpin kampanye militer melawan pemberontak di Yaman – negara termiskin di dunia Arab. Perang yang sedang berlangsung di sana telah menewaskan hampir 50.000 orang dan menempatkan negara itu di ambang kelaparan.
Inggris, yang melihat Arab Saudi sebagai mitra strategis dan mitra ekonomi penting, terus mendukung penjualan senjata ke Riyadh. Politisi Inggris telah mendukung pemberian lisensi senjata senilai 4,7 miliar poundsterling ke Arab Saudi sejak perang Yaman dimulai.
Sejak Maret 2015, setidaknya 33 anggota parlemen telah menerima perjalanan yang didanai Saudi ke kerajaan.
Data ini termasuk 28 anggota parlemen Konservatif dan lima anggota parlemen Buruh. Dalam banyak kesempatan, semua pengeluaran ditutupi oleh Riyadh.
Berikut adalah daftar anggota parlemen yang dihadiahi trip gratis oleh Saudi:
1. Edward Argar (Konservatif)
2. Richard Bacon (Konservatif)
3. Alex Burghart (Konservatif)
4. Rehman Chishti (Konservatif)
5. James Cleverly (Konservatif)
6. Leo Docherty (Konservatif)
7. Sir Alan Duncan (Konservatif)
8. Mike Gapes (Buruh)
9. Mark Garnier (Konservatif)
10. Sir Edward Garnier (Konservatif)
11. James Heappey (Konservatif)
12. Simon Hoare (Konservatif)
13. Philip Hollobone (Konservatif)
14. Kevan Jones (Buruh)
15. David Jones (Konservatif)
16. Daniel Kawczynski (Konservatif)
17. Seema Kennedy (Konservatif)
18. Kwasi Kwarteng (Konservatif)
19. Charlotte Leslie (Konservatif)
20. David Mackintosh (Konservatif)
21. Mark Menzies (Konservatif)
22. Stephen Metcalfe (Konservatif)
23. Andrew Mitchell (Konservatif)
24. Mark Pawsey (Konservatif)
25. Rebecca Pow (Konservatif)
26. Keith Simpson (Konservatif)
27. Royston Smith (Konservatif)
28. John Spellar (Buruh)
29. Andrew Stephenson (Konservatif)
30. Martin Vickers (Konservatif)
31. Helen Whately (Konservatif)
32. Dr Paul Williams (Buruh)
33. John Woodcock (Buruh, tetapi sejak itu meninggalkan partai dan sekarang menjadi anggota parlemen independen)
(Althaf/arrahmah.com)