TEL AVIV (Arrahmah.id) – Mantan Menteri Pertahanan ’Israel’ Yoav Gallant mengakui bahwa mereka memiliki informasi intelijen awal tentang kematian keluarga Bibas meskipun sebelumnya bersikeras bahwa mereka mungkin masih hidup.
Baru-baru ini, dalam podcast “Call Me Back” milik Dan Senor, Gallant mengatakan bahwa mereka sudah tahu selama 15 bulan bahwa keluarga Bibas telah meninggal. Ia menambahkan bahwa Yarden Bibas bersenjata dan bertempur, bersama dengan Shiri, ketika ditawan.
Ia mengatakan bahwa pemerintah ‘Israel’ mendapat informasi intelijen awal sejak November 2023 bahwa keluarga Bibas telah tewas.
Hamas menawarkan untuk melepaskan jenazah Bibas bersama ayahnya, Yarden, pada November 2023, tetapi ‘Israel’ menolaknya.
Shiri Bibas dan anak-anaknya dibawa ke Gaza pada 7 Oktober 2023, selama kekacauan yang terjadi setelah operasi militer Banjir Al-Aqsa. Hamas telah lama menyatakan bahwa serangan udara ‘Israel’ telah menewaskan mereka di awal genosida, sementara ‘Israel’ mengebom jalur yang terkepung itu dan menewaskan ratusan ribu warga sipil. Namun, militer ‘Israel’ terus menuntut pembebasan mereka hidup-hidup.
Jenazah mereka diserahkan kepada Palang Merah sebagai bagian dari tahap pertama kesepakatan gencatan senjata. Suami Shiri, Yarden Bibas, juga ditawan dan dibebaskan lebih awal.
‘Israel’, tanpa memberikan bukti, mengklaim bahwa Hamas membunuh keluarga Bibas “dengan tangan kosong.” Media ‘Israel’ memperkuat narasi ini, dengan mendukungnya dengan klaim lain yang belum terbukti bahwa keluarga tersebut tidak tewas dalam serangan udara.
Keluarga Bibas membantah menerima konfirmasi resmi apa pun tentang klaim militer ‘Israel’ bahwa anak-anak mereka dipukuli, dicekik, atau dimutilasi. Dalam sebuah pernyataan, mereka mendesak media untuk berhenti menyebarkan klaim yang tidak terverifikasi tentang kematian Shiri Bibas dan kedua putranya, Kfir dan Ariel. Forum Sandera dan Keluarga Hilang, yang berbicara atas nama keluarga, menyatakan: “Setiap publikasi rincian, termasuk referensi tentang perawatan jenazah, bertentangan dengan keinginan keluarga.”
Sementara itu, keluarga Bibas telah mengungkapkan rasa duka mendalam mereka, dengan menyatakan bahwa Perdana Menteri ‘Israel’ Netanyahu belum meminta maaf atas kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Mereka menyatakan bahwa mereka tidak akan pernah memaafkan penelantaran keluarga mereka pada 7 Oktober atau selama penahanan mereka. Keluarga tersebut menekankan bahwa tanggung jawab ‘Israel’ adalah memulangkan anggota keluarga Bibas dalam keadaan hidup. (zarahamala/arrahmah.id)