JABAL AKROD (Arrahmah.com) – Seorang mantan kepala polisi rezim Bashar Assad di Aleppo dan Lattakia, yang sekarang menjadi komandan di sebuah katibah (batalyon) Mujahidin, mengungkapkan bahwa ia keluar dari rezim Assad sejak 2012 disebabkan banyak kezhaliman di tubuh rezim.
Abu Musthafa, demikian ia biasa dipanggil, mengatakan, “Karena banyak kezhaliman di tubuh rezim,” dan “Terutama menyangkut soal akidah,” ungkapnya kepada Tim 1 Media untuk Suriah di bawah koordinasi Bumisyam.com.
Abu Musthafa menambahkan bahwa pemerintah berusaha dengan segala acara agar aparat pindah ke agama rezim Assad. Abu Musthafa juga mengatakan bahwa para “ulama” rezim Assad selalu mendoktrin bahwa Syiah itu benar. Misalnya saja, mereka mengatakan bahwa mengeramatkan kubur orang-orang tertentu itu tidak masalah. Abu Musthafa juga mengungkapkan bahwa di kantor selalu disediakan minuman khamr.
Lebih lanjut Abu Musthafa mengungkapkan bahwa, dalam hal shalat saja, rezim Thoghut Assad selalu mengawasinya. “Shalat hanya bisa di rumah. Jika ketahuan shalat, dilaporkan, diinterogasi dan disidangkan,” katanya.
Selain itu, Abu Musthafa juga mengataka bahwa rezim brutal Assad melarang memelihara jenggot. “Mereka memerangi kami hanya karena kami menjalankan agama kami,” katanya.
Setelah Abu Musthafa keluar dari jajaran rezim, ia diburu oleh pihak rezim hingga rumahnya dibom sebanyak 2 kali.
“Iya, (saya) dicari, bahkan rumah saya dibom 2 kali, lantai rumah saya dibongkar. Lantai-lantai dihancurkan sampai rata karena kemungkinan mereka mengira di bawah lantai ada bunker, dan saya bersembunyi di stu,” tuturnya kepada Tim 1 Media untuk Suriah.
Setelah lepas dari rezim Assad, Abu Musthafa memutuskan untuk bergabung dengan Mujahidin dan memimpin katibah Liwa Fathul Mubin di Jabal Akrod.
“Saya pergi bergabung dengan Mujahidin jabal Akrod dan memimpin Liwa Fathul Mubin,” ujarnya. (siraaj/arrahmah.com)