KAIRO (Arrahmah.com) – Mantan kepala intelijen era Hosni Mubarak, Omar Suleiman, mendaftarkan diri sebagai salah satu kandidat pada arena pemilihan presiden Mesir pada hari Sabtu (7/4/2012), sementara politisi lain berjuang untuk menjaga calon mereka dari diskualifikasi dengan alasan teknis.
Langkah ini cukup mengguncang konstelasi Mesir dan muncul satu hari sebelum batas waktu ditutupnya pencalonan kandidat pemilihan presiden pertama negara itu -pasca turunnya Hosni Mubarak- yang dijadwalkan berlangsung dalam dua putaran di bulan Mei dan Juni.
Bagi sebagian besar mereka yang memimpin pemberontakan, munculnya kembali Suleiman adalah bukti bahwa dewan militer yang saat ini berkuasa tidak berbeda dari tipikal penguasa sebelumnya. Mereka mengklaim bahwa militer hanya berusaha untuk menghalangi terbentuknya pemerintahan sipil.
Dalam pernyataan yang diedarkan oleh pembantu kampanyenya, Suleiman mengklaim bahwa pengajuan dirinya itu adalah respon atas permintaan agar ia maju dalam kancah perlombaan merebut kursi Suriah 1 jika ia memperoleh 30.000 pendukung pada hari Sabtu (7/4).
“Saya terguncang oleh posisi anda (rakyat Mesir). Panggilan anda bagi saya adalah perintah dan saya adalah seorang prajurit yang tidak pernah melanggar perintah,” klaim Suleiman dalam pernyataan yang ditujukan bagi rakyat Mesir.
Sementara itu, pada hari yang sama, komisi pemilihan Mesir mengatakan telah menerima verifikasi bahwa ibu dari kandidat presiden kubu Salafi, Hazem Abu Ismail, memiliki kewarganegaraan AS, suatu status yang mungkin akan mendiskualifikasinya dari pemilihan.
Abu Ismail telah muncul sebagai salah satu kandidat.
Komisi itu mengatakan telah menerima surat dari Departemen Luar Negeri Mesir yang menginformasikan bahwa Nawal Abdel-Aziz, ibu dari Hazem Abu Ismail, memperoleh kewarganegaraan Amerika pada 25 Oktober 2006, komisi Hatem Begato mengatakan kepada Reuters.
Komisi akan memberikan keputusan mengenai kelayakan Abu Ismail setelah batas waktu hari Minggu, katanya.
Tim sukses Abu Ismail, membantah konfirmasi tersebut dalam sebuah pernyataan melalui layanan surat elektronik pada hari Sabtu (7/4) bahwa ibunya punya kewarganegaraan selain Mesir, dan menuduh Amerika Serikat memiliki dokumen palsu yang sengaja disajikan kepada pemerintah Mesir. Dia akan mengajukan banding atas keputusan yang melarang dia ikut andil sebagai peserta pilpres. (althaf/arrahmah.com)