JAKARTA (Arrahmah.com) – Bangsa Indonesia sudah waktunya meninggalkan demokrasi. Pasalnya demokrasi di negeri ini tidak lagi bisa menghadirkan ketentraman. Demokrasi yang berlaku di negeri ini hanya menciptakan menciptakan perbedaan dan perselisihan. Bahkan bisa menimbulkan benih perpecahan.
Demikian yang dikatakan Ketua Dewan Majelis Kebangsaan Pilar Nusantara, Laksamana TNI (Purn) Slamet Subiyanto, Jumat (10/6/2011) usai ikrar penguatan kembali Nilai Pancasila, di Monumen Proklamasi, Jakarta. Ia juga mengungkapkan bahwa ‘jalan terbaik’ bagi bangsa ini adalah harus kembali kepada musyawarah mufakat. Etika penyatuan pendapat seperti yang tercantum dalam Pancasila.
Menurutnya, kesalahan bangsa selama ini adalah tidak adanya komitmen terhadap implementasi ajaran Panacasila. Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara telah diabaikan. Akibatnya tatanan dalam semua lini kehidupan bernegara dan berbangsa mengalami penurunan kualitas. Tak terkecuali dalam kehidupan berdemokrasi.
“Sehingga demokrasi yang dijalankan di negeri yang majemuk ini tak mampu lagi menghadirkan ketentraman. Karena demokrasi yang mengatasnamakan kepentingan,” ungkap mantan KSAL.
Demokrasi hanya dijadikan sebagai embel-embel yang menunjukkan seolah-olah bangsa ini terbuka, padahal pada faktanya, demokrasi hanyalah sekedar wacana. Jangankan di Indonesia, di Amerika yang notabene negara ‘rujukan’ demokrasi, masih belum mampu mempraktekkan ‘demokrasi ideal’ yang ia jadikan sebagai kampanye dalam menginvasi negara lain di Timur Tengah. (rep/rasularasy/arrahmah.com)