NEW YORK (Arrahmah.id) — Mantan pejabat intelijen Arab Saudi, Saad Al Jabri, mengklaim bahwa Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) punya kepribadian psikopat.
“Saya ingin memperingatkan tentang seorang psikopat, pembunuh, di Timur Tengah dengan sumber daya tak terbatas, yang mengancam keluarganya, warga Amerika Serikat (AS), dan ke planet,” kata Al Jabri dalam wawancara bersama CBS News di program ’60 Minutes’ (10/7/2022).
“Psikopat tanpa empati, tidak merasakan emosi, tidak pernah belajar dari pengalamannya. Dan kita telah menyaksikan kekejaman dan kejahatan yang dilakukan pembunuh ini,” lanjutnya.
Sebagaimana diberitakan New York Post (11/7), Al Jabri merupakan penasihat dari Mohammed bin Nayef. Nayef sendiri merupakan keponakan dari Raja Salman.
Namun, MBS menghapus Nayef dari bangku takhta Saudi dalam pembersihan istana pada 2017.
Al Jabri sendiri sempat menjadi salah satu petinggi badan intelijen Saudi, pun mendapatkan gelar Ph.D. di ilmu intelijen tiruan.
Namun, Al Jabri berada di pihak yang tak disukai MBS. Atasan Al Jabri, Nayef, merupakan salah satu saingan MBS dalam meraih takhta Saudi.
Melihat kondisi ini, Al Jabri terbang ke Kanada dan menolak kembali ke Saudi. Namun, keluarga Al Jabri menjadi incaran MBS.
Kedua anak Al Jabri, Sarah dan Omar, kini di penjara di Saudi. Menantu Al Jabri juga ditangkap pemerintah Saudi di negara ketiga dan dibawa kembali ke kerajaan.
Selain itu, Al Jabri mengatakan MBS sempat memamerkan diri ke Nayef bahwa dirinya dapat membunuh Raja Abdullah agar ayahnya, Raja Salman, naik takhta.
“Dan dia [MBS] mengatakan kepada dia [Nayef], saya ingin membunuh Raja Abdullah. Saya mendapatkan cincin beracun dari Rusia. Itu cukup untuk saya [membunuhnya], saya tinggal menjabat tangannya dan dia selesai,” kata Al Jabri.
Sementara itu, Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington merespons informasi Al Jabri tersebut.
“Saad Al Jabri adalah mantan pejabat pemerintah yang didiskreditkan karena sejarah panjang memalsukan dan membuat distraksi untuk menyembunyikan kejahatan finansial yang ia lakukan, yang bernilai miliaran dolar, untuk memberikan gaya hidup mewah bagi dirinya dan keluarganya,” demikian pernyataan Kedubes Saudi.
Pemerintah Saudi sempat menuduh Al Jabri mencuri dana sebesar US$500 juta (Rp7,5 triliun) dari anggaran kontra-terorisme. Namun, tuduhan itu dibantah Al Jabri.
Al Jabri juga menyampaikan kekayaannya berasal karena ia melayani monarki kerajaan selama dua dekade. Menurutnya, keluarga kerajaan Saudi yang ia layani sangat baik dan dermawan. (hanoum/arrahmah.id)