GAZA (Arrahmah.com) – Pernyataan Hamas bahwa Muhammad Al-Deif masih hidup beberapa waktu lalu sempat mengagetkan zionis. Kini secara gamblang stasiun TV “Israel” Channel 2 menyiarkan reaksi “kekaguman” mantan direktur Shin Bet akan kemampuan “pria bayangan” bernyawa 9 itu, sebagaimana dilansir MEMO pada Selasa (11/11/2014).
Mantan direktur Shin Bet Carmi Gillon mengatakan dia terkesan dengan komandan kepala Brigade Izzuddin Al-Qassam Muhammad Deif. Ia menambahkan bahwa ia sangat menghargai kenyataan bahwa Deif telah bertahan dari puluhan upaya pembunuhan yang ditargetkan kepadanya.
Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan tadi malam (10/11) di “Uvada”, sebuah program yang disiarkan di “Israel” Channel 2, Gillon mengatakan bahwa ia ingin “Israel” menjadikan Mohammed Deif sebagai Kepala unit staf khusus mereka, [sambil] menggambarkan Deif sebagai “pria bayangan”.
Program ini membahas upaya terbaru untuk membunuh Deif dan informasi yang dikumpulkan sebelum operasi dilakukan, mencatat bahwa “Israel” sedang menunggu akhir gencatan senjata untuk menyerang rumah keluarga Dalou. Namun, para pejabat Shin Bet ragu apakah Deif tewas dalam serangan itu.
Malam lalu, episode Uvada mendedikasikan sebagian besar program untuk berbicara tentang kontradiksi antara Shin Bet, militer, dan tingkat politik di “Israel” berkaitan dengan peringatan dari Shin Bet Januari lalu tentang niat Hamas untuk memicu perang di bulan Juli. Namun tentara menegaskan bahwa tidak memiliki pengetahuan tentang peringatan apapun dalam hal ini.
Tuan rumah program, Ilana Dayan, juga mewawancarai juru bicara militer “Israel” Moti Almoz yang menyangkal bahwa Shin Bet telah mengeluarkan peringatan apapun atau diberikan informasi kepada tentara atau tingkat politik yang menyatakan bahwa Hamas berniat untuk memulai perang. Dia menantang Shin Bet untuk membuktikan sebaliknya. Perdana Menteri “Israel” juga mengatakan ia “mendengar tidak ada peringatan seperti [itu]”.
Seorang pejabat Shin Bet di Jalur Gaza yang dikenal dengan inisial “R” juga berbicara pada program itumengatakan, “‘Israel’ meremehkan Hamas dan tidak berharap untuk bertahan perang selama 50 hari setelah melihat kerusakan besar yang disebabkan di Jalur Gaza.”
Ia juga menunjukkan bahwa ia mengharapkan Hamas menyatakan gencatan senjata pasca gencatan senjata pertama dan setelah melihat kehancuran. Buktinya, Hamas memang telah menyetujui perjanjian gencatan senjata pertama, tetapi dia tidak berpikir bahwa Hamas bisa bertahan perang begitu lama. Subhanallah. (adibahasan/arrahmah.com)