OSLO A(arrahmah.com) – Seorang mantan diplomat Iran mengungkapkan bahwa enam perwira ‘Pengawal Revolusi Iran’ adalah pihak yang harusnya di salahkan atas tragedi Mina yang menyebabkan kematian sedikitnya 700 Muslim selama musim haji tahun ini di Arab Saudi.
Farzad Farhangian mengungkapkan bahwa tragedi Mina itu merupakan bagian dari rencana Teheran untuk memicu kekerasan selama musim haji, sebagaimana dilansir oleh Middle East Monitor (MEMO), Senin (5/10/2015),
Farhangian membelot dari Iran pada tahun 2010 dan mencari suaka di Norwegia. Dia membuat tudingan itu dalam sebuah blog yang ditulis dalam bahasa Arab. “Saya telah memperingatkan sebelumnya tentang operasi teror yang direncanakan oleh rezim Khamenei selama musim haji,” tulisnya. “Saya memiliki kepercayaan penuh kepada sumber informasi saya.”
Farhangian bekerja sebagai atase pers di Kedutaan Besar Iran di Brussels sebelum kemudian mencari suaka di Oslo. Dia menambahkan bahwa setelah kejadian itu beberapa pernyataan yang dikeluarkan oleh rezim Khamenei melampaui semua norma-norma politik. “Apa yang menjadi alasannya?”
Farhangian menegaskan bahwa penyelidikan akan mengutuk keras rezim Iran atas keterlibatannya dalam membuat skandal untuk menciptakan kepanikan di Mina.
“Operasi yang berlangsung [dekat Mekkah] adalah operasi teroris. Ada lebih dari 5.000 Garda Revolusi [Iran] di antara jamaah Iran. Plot itu bertujuan untuk menyebabkan jumlah jamaah yang meninggal jauh lebih tinggi, tapi respon cepat badan keamanan Saudi berhasil menggagalkan operasi itu,’ ungkap Farhangian.
Farhangian menyebut nama enam perwira senior Garda Revolusi Iran yang diduga terlibat dalam insiden itu. Mereka semua adalah komandan dalam pasukan elit khusus yang diserahi tugas untuk melakukan operasi luar negeri.
Tingginya jumlah personil militer dan politisi Iran yang melakukan ibadah haji tahun ini telah menimbulkan banyak pertanyaan. Di antara yang paling terkenal adalah mantan duta besar Iran untuk Lebanon, Ghadanfar Rokon Abadi, yang dilaporkan hilang.
Sebagaimana yang telah diberitakan oleh Arab News pada Selasa (29/9), bahwa ada mantan dubes Iran yang memasuki Mekkah dengan identitas palsu.
Dari catatan resmi menunjukkan bahwa nama mantan duta besar Iran untuk Beirut, Ghazanfar Abadi, tidak muncul di antara nama jamaah tahun ini.
Jika kehadirannya selama haji dikonfirmasi, itu berarti ia memasuki Arab Saudi dengan “cara yang tidak diketahui,” mungkin mendaftar dengan nama dan idenitas yang berbeda, lansir Arab News.
Dari hasil penyelidikan juga terungkap bahwa tragedi Mina disebabkan oleh 300 jamaah Iran yang melanggar aturan yang menyebabkan kemacetan, himpit-himpitan sehingga menyebabkan tragedi mematikan itu.
(ameera/arrahmah.com)