SURABAYA (Arrahmah.com) – Hampir seribuan umat Islam se surabaya dan sekitarnya, sejak jam 7 pagi sudah memadati ruang utama Masjid Mujahidin Perak Barat Surabaya, Ahad, (15/6/2014), untuk mengikuti pengajian rutin bertema “Fakta dan Data Syi’ah di Indonesia.” Pada acara itu menghadirkan pembicara Ustadz Basuki Rahmat (Mantan Da’i Syi’ah) dan Ustadz Farid Ahmad Okbah, MA. (Dewan Dakwah Islamiyah Jakarta).
Ustadz Basuki Rahmat menuturkan, pada tahun 80-an, dia berkeinginan untuk berangkat ke Afghanistan, namun karena Imamnya bai’at ke Al Habsyi Bangil, maka dia pun ditempatkan di YAPI Bangil Pasuruan Jawa Timur, sebagai kader yang dipersiapkan berangkat ke Iran. Saat itu dikatakan kepadanya bahwa sama saja, nanti kamu disana juga belajar agama Islam.
“Tapi setelah saya di YAPI, kejadiannya sangat mengejutkan, tiap bulan Ramadhan ada kajian Fiqh Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah dari sini saya tahu ajaran Syi’ah itu bagaimana,” tuturnya
Dari YAPI juga, lanjut Ustadz Basuki, dirinya mendengar sendiri, terjadinya pelecehan terhadap para Sahabat Nabi dan juga Al Qur’an, sementara tujuan semula saya untuk berangkat ke Afghanistan dalam rangka membela agama Islam mengorbankan nyawa untuk memenuhi panggilan Allah SWT dalam Al Qur’an, malah dilecehkan.
“Hampir seluruh kader Syi’ah di Indonesia dikader di YAPI, orang tua mereka banyak yang tidak paham kalau di YAPI itu Pesantren Syi’ah. Mereka hanya terpukau melihat yang punya pondok seorang Habib keturunan Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam. Mereka Tidak tahu kalau yang diajarkan bukan Islam tapi Syiah. Sehingga ketika mereka lulus dan kembali ke daerahnya masing-masing menggantikan orang tuanya – terjun ke masyarakat, mereka menyebarkan ajaran syi’ah, inilah yang menjadi sumber masalah,” lanjut ustadz Basuki.
Jika Syi’ah dibiarkan, semakin banyak konflik
Selanjutnya Ustadz Basuki memberikan peringatan akan bahaya memelihara Syiah.
“Kalau pemerintah Indonesia membiarkan Syi’ah berkembang apalagi sampai memberi ijin pengikut Syi’ah memperingati hari raya mereka semisal Idul Ghodir, Asyura’ yang berisi caci-maki, penghinaan dan pelaknatan kepada para sahabat dan ‘Aisyah istri Nabi saw, maka akan timbul konflik dimana-mana, seperti yang sudah terjadi di Madura, Jember, Situbondo dll,” ujarnya
Hal ini karena umat Islam tidak akan tinggal diam melihat orang-orang yang dicintai oleh Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin dicaci-maki, dihina dan dilaknat oleh orang-orang Syi’ah.
Mengapa Syiah dapat diterima dan cepat berkembang?
Pada acara itu diungkapkan sebab Syiah dapat diterima dan berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat. Ustadz Basuki menyebut karena ada doktrin taqiyyah (penipuan). Mantan Da’i Syiah ini menuturkan, bahkan orang syi’ah berani merubah makna ayat Alqur’an, semisal ayat yang berbunyi, fatazawwaduu fa inna khoiroz zaadit taqwaa, mereka plesetkan maknanya berbekallah kamu karena sebaik-baik bekal adalah taqiyyah (tipu muslihat).
Kata taqwa diplesetkan menjadi taqiyyah. Contoh lain, “Ayat yang lain Inna akromakum ‘indalloohi atqookum diartikan sesungguhnya yang paling mulia diantaramu adalah yang paling pandai bertaqiyyah (berbohong). Kata atqookum (yang paling bertaqwa diantaramu) diplesetkan artinya menjadi yang paling pandai bertaqiyyah (berbohong),” ungkapnya.
Maka jangan heran, dengan berbekal ajaran taqiyyah inilah, kebanyakan mereka tidak mau dikatakan sebagai penganut paham syiah, karena semakin tinggi kesyiahannya, tidak mau dikatakan Syiah. “Kalau kita jeli, justru dari ucapan dan tingkah lakunya mereka ketahuan sebagai pengikut Syiah,” tuturnya.
Syi’ah memfitnah Buya Hamka
Disebut pula, Buya Hamka sempat berkunjung ke Iran. Namun sepulang dari kunjungannya itu, beliau mengambil kesimpulan dan menyatakan dengan tegas bahwa Syi’ah itu sesat dan menyesatkan.
“Tapi setelah beliau meninggal disebarkanlah isu oleh kalangan Syi’ah bahwa Buya Hamka sebelum meninggal bertaubat dan mengakui kebenaran Syi’ah,” lanjut Ustadz asal Gresik ini.
Akhirnya Ustdaz Basuki mengusulkan agar pihak kepolisian RI membentuk pasukan khusus pemburu Syiah. “
“Kalau di Malaysia dibentuk polisi khusus untuk memburu Syi’ah, seharusnya di Indonesia juga dibentuk Densus pemburu Syi’ah. Saya khawatir kalau Syi’ah ini tidak diberangus, maka tinggal tunggu waktu saja akan terjadi pertumpahan darah besar-besaran antara Islam dan Syi’ah, karena mereka merusak Islam dan kita pasti lawan. Allaahu Akbar,” pungkasnya. (azm/masarul/arrahmah.com)