AMERIKA SERIKAT (Arrahmah.com) – Mantan Analis CIA Ray McGovern mengatakan bahwa AS tidak akan menghentikan pembunuhan pesawat tak berawak (serangan drone) karena keuntungannya bagi para pengusaha senjata AS.
McGovern mengatakan dalam sebuah wawancara dengan presstv pada hari Ahad (6/5/2012) bahwa serangan drone AS menguntungkan “para pejabat (AS), para jenderal senior dan dealer-dealer senjata”.
“Dealer senjata akan memberikan kontribusi hebat baik untuk partai politik maupun orang-orang di Kongres yang masih berada di kantor,” ujar McGovern.
Mantan Analis ini juga mengkritik pemerintahan mantan presiden George W. Bush dan yang sedang menjabat saat ini Barack Obama karena pelanggaran mereka terhadap hukum internasional atas serangan drone.
“Sikap rezim AS terhadap hukum internasional adalah masalah yang sangat sulit untuk diatasi,” katanya.
McGovern mengatakan bahwa serangan drone dilakukan oleh CIA untuk menghindar dari pelanggaran hukum internasional.
“Drone AS di Pakistan dijalankan oleh CIA, mengapa CIA menjalankan serangan-serangan drone tersebut, bukan Angkatan Udara? sangat sederhana,” katanya. “Jika Angkatan Udara melakukannya, akan menjadi pelanggaran jelas atas hukum internasional karena kita tidak sedang berada dalam perang dengan Pakistan.”
Serangan-serangan udara, yang diprakarsai oleh George Bush, telah ditingkatkan pada kekuasaan Obama hingga saat ini.
AS secara rutin menggunakan drone untuk menyerang dan melakukan misi mata-mata di wilayah kesukuan barat laut Pakistan (Waziristan), Afghanistan, Somalia dan Yaman.
AS senantiasa mengklaim bahwa serangan-serangan udaranya hanya menargetkan Mujahidin, namun faktanya kebanyakan korban adalah warga sipil tak bersenjata termasuk anak-anak dan wanita.
Di Pakistan saja, lebih dari 2.800 dari 3.000 korban yang terbunuh akibat serangan drone tanpa sangsi PBB itu selama tujuh tahun terakhir adalah warga sipil tak bersenjata, berdasarkan penelitian Pengacara Hak Asasi Manusia Pakistan, Shahzad Akbar belum lama ini. (siraaj/arrahmah.com)