BEIJING (Arrahmah.com) – Mencatut slogan “persatuan dan harmoni”, presiden Cina, Xi Jinping, Kamis (31/1/2019), menyambut amir Qatar ke Beijing, di tengah perselisihan diplomatis antara negara kaya minyak tersebut dengan beberapa negara Arab lain yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutus hubungan diplomatik, perdagangan, dan transportasi dengan Qatar pada Juni 2017. Mereka menuduh Qatar mendukung terorisme dan mengembangkan hubungan dengan musuh regional Arab Saudi, Iran.
Qatar, yang membantah tuduhan itu, mengatakan boikot itu bertujuan untuk membatasi kedaulatannya, sementara perselisihan itu telah menentang upaya mediasi Kuwait dan Amerika Serikat yang menganggap persatuan Teluk sebagai hal yang esensial untuk mengendalikan Iran.
Qatar telah memperkuat hubungan dengan para pendukungnya, seperti Turki, dengan perdagangan antara keduanya diperkirakan meningkat lebih dari setengahnya pada 2018.
Cina, meski tidak terlibat dalam perselisihan, memanfaatkan situasi tersebut untuk merangkul Doha dan telah menjadi tuan rumah dalam kunjungan resmi sejumlah pejabat senior Qatar sejak pertengkaran dimulai, termasuk pada bulan Desember untuk menteri luar negeri Qatar.
Dalam pertemuan di Aula Rakyat Besar Beijing, Xi mengatakan kepada Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani bahwa kerja sama regional merupakan dasar penting bagi kemakmuran di kawasan Teluk, lapor televisi pemerintah Cina.
Cina mendukung upaya Dewan Kerjasama Teluk untuk mencari “penyelesaian yang tepat untuk perselisihan dan kontradiksi melalui cara politik dan diplomatik, untuk mengembalikan persatuan dan harmoni antara Teluk dan negara-negara Arab”, kata Xi.
“Cina bersedia untuk terus memainkan peran konstruktif sesuai dengan keinginan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk,” tambah Xi, menurut laporan itu, yang tidak menyebutkan secara langsung keretakan Teluk.
Dalam sambutannya di depan wartawan, Xi menyebut Al Thani “teman lama dan teman baik”.
Al Thani mengatakan kepada Xi bahwa dia sangat senang dengan persahabatan pribadinya dengannya.
“Kami siap untuk memiliki investasi yang lebih besar di Tiongkok, dalam infrastruktur atau bidang lain yang kami lihat penting bagi kami,” katanya.
“Kami senang memberikan gas cair kepada Cina dan kami siap untuk menyediakan lebih banyak lagi kepada Cina dalam waktu dekat. Saya sangat senang berada di Cina.”
Oktober lalu, raksasa energi negara Qatar Petroleum mengatakan telah menandatangani perjanjian lima tahun untuk memasok Cina dengan 600.000 ton Liquefied Petroleum Gas (LPG) per tahun.
Sebelumnya pada Januari, perusahaan milik negara Qatar Airways mengatakan telah mengakuisisi 5 persen saham di China Southern Airlines, dalam upaya untuk mendapatkan akses ke pasar Cina yang tumbuh cepat.
Cina secara tradisional memainkan peran kecil dalam konflik atau diplomasi Timur Tengah, meskipun negara itu mengandalkan minyak, tetapi negara itu berusaha meningkatkan profilnya, terutama di dunia Arab. Penguasa Arab Saudi, Raja Salman, mengunjungi Beijing pada tahun 2017.
Cina juga memiliki hubungan dekat dengan Iran dan ‘Israel’. (Althaf/arrahmah.com)