JAKARTA (Arrahmah.com) – Tayangan THR (Taushiyah Berkah Ramadhan) Rabu (26/6/2014) di RCTI. telah membuat banyak orang tersadar akan sikap mereka terhadap Al Quran. Banyak manusia yang panca inderanya normal gagal menyikapi Al Quran, minim berinfak dan kurang bakti kepada ibu.
Saat ditampilkan pada acara tersebut sosok Ustadz Furqon, seorang yang buta mata fisiknya, namun mujahadah dalam ‘menggauli’ Al Quranul Karim, dan memiliki kesholehan yang teratur, tersadarlah sejumlah manusia.
“Hari ini saya malu sekali. Jam 12.30 sd 13.30 lihat acara THR (Taushiyah Berkah Ramadhan) di RCTI bersama Ustadz Yusuf Mansur,” curahan seorang di Fb ODOL
Ustadz Furqon, seorang yang buta, namun tiap hari tilawah Al Qur’an (membaca Al Quran), sebanyak 1 juz, dengan cara meraba mushaf Al-Quran braile.
“Beliau seorang yang buta. Tapi tiap hari tilawah Qur’an. Bahkan ikut program ODOJ,” tulis Fb ODOL (one day one line).
Al-Quran braile yang dimiliki diperolehnya dengan merogoh koceknya sendiri. Tidak seperti manusia normal, yang cukup dengan uang 50 sampai 100 ribu bisa membeli sebuah mushaf Quran. Namun Ustadz Furqon harus membeli sebuah mushaf Quran dengan angka fantastis, 1,8 juta rupiah.
Ustadz Furqon berpendapat orang yang tidak tilawah Al Quran setiap hari sama dengan orang yang zhalim, lantaran dia tidak menggunakan salah satu panca inderanya yang merupakan nikmat Allah untuk bersyukur kepada-Nya. Seraya dia mengutip firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al Qur’an surat Thaaha,20 ayat 124-126.
(وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ)
(قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا)
(قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ)
Tarjamah Tafsiriyahnya:
124. Akan tetapi siapa saja yang menolak untuk mengikuti Rasul dan kitab-kitab suci-Ku maka ia sungguh akan hidup sesat. Pada hari kiamat kelak, Kami kumpulkan orang-orang sesat dalam keadaan buta.
125. Pada hari kiamat orang sesat berkata: “Wahai Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulu di dunia dapat melihat?”
126. Allah berfirman: “Begitulah nasibmu, karena ketika Rasul dan kitab-kitab suci-Ku datang kepadamu di dunia dahulu, kamu meninggalkannya. Karena itu pada hari kiamat ini kamu ditinggalkan di neraka.”
Ustadz Furqon juga mengutip firman Allah dalam Hadits Qudsi: “Barang siapa yang diuji dengan buta di dunia dan ia bersabar, maka baginya surga.”
Setiap hari saat fajar shadiq menyingsing di ufuk timur, dalam keadaan a’maa Ustadz Furqon melangkahkan kakinya ke masjid untuk sholat subuh berjama’ah. Tak lupa dia siapkan di kantongnya uang infak untuk masjid sebesar 5 ribu rupiah dengan niat umroh.
Kebaikan selanjutnya yang membuat orang tergugah, sebagai anak yang sholeh berkewajiban menafkahi orang tua. Ini dilakukan Ustadz Furqon sebagai hal yang utama sebelum membayar kebutuhan yang lain. Berharap doa dan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dia begitu mendahulukan sang ibu dalam memberi nafkah, dengan alasan saat memberi uang kepada anak berlangsung begitu saja, normal dan normatif. Namun ketika menafkahi sang ibu, taburan doanya mengalir deras di atas kepalanya. Subhanaallah.
Pertanyaannya, bagaimana dengan diri kita hari ini, saat diberi kesempurnaan panca indera dari Allah Ta’ala; mata khusunya, diberi kemudahan melangkah, murah membeli al-Quran dan banyak lagi. Masihkah kita berat tilawah satu hari satu juz? Masihkan berat untuk melangkahkan kaki sholat berjamaah ke masjid? Masihkah berhitung saat berinfak? (azm/arrahmah.com)