BAGHDAD (Arrahmah.com) – Perdana Menteri pemerintah Syi’ah Irak, Nouri al-Maliki pada Selasa (31/12/2013) mengatakan tentara akan meninggalkan kota-kota di provinsi Anbar dengan dalih “meredamkan” ketegangan setelah pasukan keamanan membubarkan paksa kamp protes anti-pemerintah yang telah menewaskan belasan orang di sana.
Maliki menyeru angkatan bersenjata untuk mengabdikan diri untuk mencari tempat persembunyian Mujahidin Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) di wilayah gurun dan tentara menyerahkan “tanggung jawab keamanan” ke tangah polisi lokal, menurut pernyataan di website resminya seperti dilaporkan Al Arabiya.
Saat tentara boneka Irak membongkar paksa kamp protes anti-pemerintah, bentrokan sengit pecah di daerah Ramadi di mana sedikitnya 10 orang dilaporkan gugur. Beberapa Masjid di wilayah tersebut menyeru para jama’ahnya untuk pergi berjihad melawan tentara boneka Irak serta rezim Syi’ah Baghdad, lapor AFP.
Mereka yang melakukan perlawanan di provinsi Anbar mayoritas adalah suku-suku Ahlu Sunnah yang tak terkait dengan Mujahidin ISIS. Namun mereka menunjukkan dukungannya kepada Mujahidin ISIS.
Dalam sebuah video yang dipublikasikan di YouTube, kaum Muslim Irak di provinsi Anbar bersumpah tidak akan membiarkan tanah al-Anbar diinjak oleh tentara Maliki.
Sebelumnya pada Senin (30/12) malam, 44 anggota parlemen Irak mengumumkan bahwa mereka telah mengajukan pengunduran diri dan menyeru untuk penarikan tentara dan pelepasan anggota parlemen Ahmed al-Alwani yang ditangkap di Ramadi pada pekan lalu.
Penangkapan al-alwani ini membuat keadaan di provinsi Anbar semakin memanas yang berlangsung hingga hari ini. (haninmazaya/arrahmah.com)