ANBAR (Arrahmah.com) – Perang melawan Mujahidin al Qaeda di Irak (ISIS) dan afiliasinya akan berlangsung lama, menurut pernyataan Perdana Menteri rezim syi’ah Irak, Nouri al-Maliki dalam pidato mingguannya pada Rabu (15/1/2014) dan ia mengklaim bahwa hal itu hanya akan berakhir dengan “kemenangan”.
“Tentara Irak dan suku yang membela dan tempat suci mereka, Masjid, Gereja dan kehormatan akan memerangi ‘terorisme’,” klaim Maliki menambahkan bahwa “perang melawan ‘terorisme’ akan berlangsung lama dan berkelanjutan.”
Dia menambahkan klaimnya bahwa “pertempuran akan berakhir dengan kemenangan” dan menjelaskan mereka yang berjuang melawan Al Qaeda sebagai “martir”.
Maliki menyeru masyarakat internasional untuk melawan negara-negara yang mendukung “terorisme”, mengatakan bahwa memerangi Al Qaeda tidak cukup, namun menyerukan negara-negara lain untuk mengakhiri “dukungan politik, sosial dan keuangan kelompok-kelompok ini”.
Seperti diketahui, Mujahidin Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) beberapa waktu lalu berhasil merebut kendali atas beberapa wilayah di provinsi Anbar. Mereka mendapat dukungan dari anggota suku setempat. Hal ini mendorong tentara rezim Syi’ah Irak untuk meluncurkan operasi militer besar-besaran dalam upaya merebut kembali Anbar dari tangan Mujahidin dan suku-suku Ahlu Sunnah yang saat ini menguasainya.
Warga Irak di Anbar mengatakan bahwa tentara rezim Irak bertindak sektarian, mereka menyatakan kebencian mereka terhadap tentara Irak.
Associated Press mengklaim sebuah laporan bahwa tentara rezim Irak pada Rabu (15/10 menguasai sebuah kota di dekat Fallujah di provinsi Anbar, sebuah kemenangan langka bagi pasukan rezim.
Pasukan rezim melancarkan serangan udara pengecut yang menumbuk kota dan komando di darat membersihkan daerah tersebut, klaim laporan AP mengutip pejabat senior Irak.
Namun laporan berbeda datang dari AFP, mereka melaporkan bahwa pasukan Irak telah kehilangan kendali yang lebih luas dalam perang di provinsi anbar karena kelompok bersenjata dari suku Ahlu Sunnah termasuk Mujahidin ISIS, menyerbu dua markas utama ketika polisi meninggalkan pos-pos mereka. (haninmazaya/arrahmah.com)