BANGUI (Arrahmah.com) – Pasukan penjajah Perancis mulai disebarkan ke Republik Afrika Tengah dalam persiapan untuk intervensi militer, delapan bulan setelah pemberontakan yang menggulingkan pemerintahan Presiden Seleka Francois Bozize.
Mengutip sumber di bandara, kantor berita AFP melaporkan pada Kamis (28/11/2013) bahwa militer Perancis telah menerbangkan personil dan peralatan ke Bangui, ibukota negara bekas koloni Perancis tersebut.
“Pesawat militer Perancis telah melakukan perjalanan berkeliling beberapa jam terakhir, datang terutama dari Gabon, untuk membawa pasokan,” ujar sumber tersebut yang tidak ingin disebutkan namanya.
Jean Yves Le Drian, Menteri Pertahanan Perancis pada Selasa (26/11) mengumumkan rencana untuk menyebar 1.000 tentara di negara tersebut untuk “menghentikan meningkatnya kekerasan, di mana bentrokan agama mulai terjadi”.
“Banyak kendaraan patroli dan transportasi pasukan termasuk kendaraan lapis baja telah tiba dari Kamerun melalui jalan darat dan langsung menuju pangkalan militer M’poko,” ujar seorang sumber militer Afrika Tengah.
Ini adalah intervensi militer ketiga yang dilakukan oleh Perancis di tanah Afrika sejak tahun 2011.
Republik Afrika Tengah adalah bangsa yang terkurung daratan yang rentan terhadap kudeta, pemberontakan, dan kriminalitas, jatuh ke dalam kekacauan setelah koalisi oposisi yang dikenal sebagai Seleka (Aliansi) yang menggulingkan Bozize pada 24 Maret, menurut laporan Al Jazeera.
Pergerakan ini membuka jalan bagi Michael Djotodia, presiden de facto Republik Afrika Tengah, untuk menjadi pemimpin Muslim pertama di negara mayoritas Kristen. Kekuasaannya enggan diakui oleh para pemimpin Afrika lainnya.
Djotodia telah secara resmi membubarkan Seleka, tetapi komunitas Kristen telah membentuk milisi yang menyerang ummat Islam. Kebanyakan yang menjadi target adalah pedagang atau pengembara yang tidak ada hubungannya dengan Seleka. (haninmazaya/arrahmah.com)