KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) – Pemerintahan baru Malaysia memerintahkan penutupan segera pusat anti-terorisme yang didukung Saudi kurang dari 13 bulan setelah diluncurkan. Tidak ada alasan yang diberikan untuk penutupan ini.
Yayasan Perdamaian Internasional Raja Salman (KSCIP) di Kuala Lumpur akan berhenti beroperasi segera dan fungsinya akan diambil alih oleh Lembaga Pertahanan dan Keamanan Malaysia, Menteri Pertahanan Mohamad Sabu mengatakan pada Senin (7/8/2018).
Sementara Sabu tidak memberikan alasan untuk penutupan ini. Hishammuddin Hussein, mantan menteri pertahanan Malaysia, membela lembaga tersebut ketika diluncurkan pada Maret 2017, dengan mengatakan KSCIP penting untuk mengekang penyebaran “ekstremisme kekerasan” oleh kelompok-kelompok bersenjata, termasuk IS.
Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dari Arab Saudi meresmikan KSCIP, yang berkantor sementara di Kuala Lumpur dan sedang menunggu pembangunan gedung permanen di ibukota administratif Malaysia, Putrajaya, selesai.
Sabu juga mengatakan kepada parlemen bahwa dia berencana menarik pasukan Malaysia keluar dari kerajaan.
Pada Juni, Sabu mengumumkan peninjauan kembali kehadiran militer Malaysia di Arab Saudi, dengan mengatakan bahwa keberadaan tersebut “secara tidak langsung menjerat Malaysia dalam konflik Timur Tengah”.
Pada 2015, mantan perdana menteri Najib Razak mengirim pasukan ke Arab Saudi untuk memfasilitasi evakuasi warga Malaysia di Yaman.
Tidak jelas berapa banyak pasukan Malaysia yang dikerahkan ke kerajaan Teluk. Menurut Sabu, tentara Malaysia tidak pernah terlibat dalam serangan apapun terhadap Yaman, tempat koalisi pimpinan Saudi dan Emirat berjibaku sejak 2015.
Kekhawatiran telah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir bahwa di bawah Najib, Arab Saudi memperluas pijakannya di Malaysia.
Kerajaan Saudi juga berhasil membangun sekolah dan masjid di seluruh wilayah dan menawarkan beasiswa kepada orang Malaysia yang ingin belajar di Arab Saudi. (Althaf/arrahmah.com)