KUALA LUMPUR (Arrahmah.id) — Malaysia mulai memperrketat perbatasannya dengan Thailand Selatan. Hal itu dilakukan Malaysia setelah insiden serangan dan baku tembak di distrik Takhbai, Provinsi Narathiwat pada Rabu (25/5/2022) malam.
Dilansir dari New Straits Times (26/5/2022), semua aparat keamanan yang menjaga perbatasan telah diperintahkan untuk meningkatkan keamanan menyusul insiden tersebut.
Direktur Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Ketertiban Umum Federal, Datuk Seri Hazani Ghazali mengatakan mereka juga diberitahu untuk siap menghadapi segala kemungkinan menyusul serangan terbaru.
“Saat ini perbatasan kita dengan Thailand aman. Namun, aparat penegak hukum kita diminta untuk bersiap-siap jika terjadi apa-apa. Termasuk upaya pergerakan ilegal yang datang dari negara tetangga,” ujar Hazani.
Dia juga mengatakan tidak ada warga Malaysia yang terluka dalam insiden tersebut.
Sebelumnya, sebuah ledakan dan baku tembak terjadi di distrik Takbhai, provinsi Narathiwat, Thailand Selatan sekitar pukul 21:40 waktu setempat.
Tiga petugas polisi terluka ketika sebuah kantor polisi laut diserang dengan brondongan tembakan yang disertai ledakan.
Diperkirakan enam penyerang melemparkan bom ke stasiun dan melepaskan tembakan dengan senapan otomatis, laporan Bangkok Post, Kamis (26/5).
Warga setempat melaporkan mendengar tiga ledakan.
Serangan itu menyebabkan kebakaran hebat pada kantor polisi laut.
Dalam baku tembak tersebut, tiga polisi dilaporkan terluka.
Tiga orang yang terluka diidentifikasi sebagai prajurit Sulaiman Yuso (23), relawan pertahanan Opas Saensom (33), dan relawan pertahanan Ekawat Ketduang (41). Mereka terluka usai terkena peluru.
Mereka pertama kali dirawat di Rumah Sakit Tak Bai dan kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Narathiwat.
Berdasarkan beberapa video yang beredar di media sosial, menunjukkan situasi tegang dengan ledakan bom dan baku tembak, menyebabkan kekacauan disekitar.
Penjabat Kepala Polisi Kelantan, Datuk Muhamad Zaki Harun, mengakui insiden tersebut terjadi di dekat Tumpat, Kelantan.
Namun ia menolak berkomentar karena baku tembak dan pemboman itu terjadi di wilayah selatan Thailand, laporan The Rakyat Post.
Operasi Selatan adalah konflik yang sedang berlangsung yang berasal dari tahun 1948 sebagai pemberontakan separatis etnis dan agama di mana kelompok pemberontak telah menyerukan kemerdekaan untuk provinsi mayoritas Melayu-Muslim di Thailand selatan. (hanoum/arrahmah.id)