KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) – Sebuah otopsi jenazah ulama Palestina yang diduga ditembak mati oleh agen mata-mata “Israel” Mossad telah dilakukan pada Ahad (22/4/2018).
Syaih Fadi Mohammad al-Batsh (35) gugur setelah ditembak pada Sabtu (21/4), menurut pihak berwenang Malaysia. Dia sedang berjalan dari apartemen untuk melaksanakan shalat subuh di sebuah masjid di Jalan Gombak di Kuala Lumpur, Malaysia, ketika dia ditembak oleh dua pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor, kata para pejabat.
Di TKP, spidol polisi menunjukkan 14 peluru telah ditembakkan ke korban, beberapa di antaranya mengenai dinding.
Menteri Dalam Negeri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, dikutip oleh kantor berita resmi Bernama mengatakan Syaikh Fadi adalah “seorang insinyur listrik dan seorang ahli membuat roket”.
Kepala kepolisian Kuala Lumpur Mazlan Lazim mengatakan penyelidikan sedang berlangsung. “Kami sedang menyelidiki semua sudut. Saya harus menyelidiki dengan sangat hati-hati dan mendalam. Ini masalah internasional,” kata Mazlan pada Ahad.
Dia mengatakan otopsi sedang dilakukan di rumah sakit setelah itu mayat itu akan dilepaskan ke keluarga. Dalam sebuah pernyataan dari Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, keluarga korban mengatakan: “Kami menuduh Mossad berada di balik pembunuhan itu.”
Gerakan Palestina mengatakan Syaikh Fadi, seorang ilmuwan penelitian yang mengkhususkan diri dalam masalah energi, adalah salah satu anggotanya.
Mohammad Shedad (17) seorang murid dan kerabat korban, juga menyalahkan Mossad atas pembunuhan itu.
“Sudah pasti ini tindakan Mossad. Fadi adalah orang yang sangat pintar, siapa pun yang pintar adalah ancaman bagi ‘Israel’,” katanya kepada AFP. “Fadi adalah anggota Hamas dan tahu cara membuat roket. Jadi (‘Israel’) berpikir dia berbahaya. ”
Syaikh Fadi meninggalkan istri dan tiga anak yang masih kecil. Dia telah tinggal di Malaysia selama 10 tahun terakhir.
Ahmad Abu Bakar (33) seorang mahasiswa asing yang belajar di Malaysia, mengatakan dia telah mengenal korban selama dua tahun.
“Dia ramah dan dia berceramah tentang hal-hal baik. Dia tidak pernah memberitakan kebencian apa pun. Saya kaget dengan pembunuhan itu,” katanya.
Robert Anthony (56) seorang penjaga keamanan di sebuah sekolah dasar Cina di dekat tempat kejadian, mengatakan dia mendengar suara tembakan tetapi mengira itu adalah suara “petasan”. (fath/arrahmah.com)