WASHINGTON (Arrahmah.com) – Dana yang seolah-olah dihabiskan pemerintahan AS untuk mempromosikan ‘bisnis’ di Afghanistan seringkali jatuh ke tangan para milisi bayaran yang tak pernah sama sekali membantu AS memperoleh keberhasilan. AS dinilai mengalami kerugian setelah menandatangani kontrak transportasi senilai $ 2,16 miliar, Washington Post melaporkan Minggu malam (24/7/2011).
Mengutip hasil penyelidikan selama setahun operasi militer yang dipimpinnya, kata surat kabar itu, upaya AS dan Afghanistan untuk mengatasi masalah dinilai sangat lambat, dan delapan perusahaan angkutan truk yang terlibat masih diutangi AS.
Selain itu, Pentagon memperpanjang kontrak selama enam bulan Maret lalu, kata laporan itu.
Penyelidikan menemukan “bukti yang berhasil didokumentasikan dan cukup kredibel mengenai keterlibatan empat dari delapan kontraktor utama dalam sebuah perusahaan yang melakukan tindakan kriminal atau memberi dukungan untuk musuh.”
Menurut Washington Post, peneliti berhasil menemukan uang senilai $ 7,4 juta yang dipakai untuk membayar salah satu dari delapan perusahaan, yang pada gilirannya perusahaan tersebut membayar subkontraktor lain.
Para subkontraktor truk kemudian membuat deposito ke rekening komandan Polisi Nasional Afghanistan sebagai upah untuk menjamin perjalanan yang aman bagi konvoi, kata laporan itu.
Pejabat intelijen kemudian mengklaim berhasil menelusuri $ 3,3 juta, yang ditarik dari 27 transaksi rekening komandan Afghan, untuk ditransfer ke sejumlah milisi dalam bentuk senjata, bahan peledak, dan uang tunai, kata surat kabar itu. (althaf/arrahmah.com)